Tumindak ala kanthi kongkonan wong liya. Begitulah artinya
dalam Bahasa Jawa. Kalau dalam Bahasa Indonesia artinya melakukan perbuatan
yang buruk dengan cara menyuruh orang lain.
‘Perbuatan buruk..’ dari sini sebenarnya sudah dapat kita simpulkan bahwa perbuatan
itu dampaknya pasti akan merugikan orang lain. Entah dengan niat ataupun tidak,
sengaja ataupun tidak disengaja. Nah, perbuatan buruk bisa bermacam-macam
bentuknya. Bisa mulai dari sekedar berupa ejekan, cemoohan,fitnah sampai
perbuatan yang bisa menyakiti fisik.
Entah ada berapa banyak orang semacam itu yang hidup di dunia
ini? Tapi, mari kita teruskan kata dibelakangnya ‘dengan menyuruh orang lain’…
waduh ternyata melakukannya harus dengan menyuruh orang lain? Kenapa tidak
dilakukan sendiri? Takut? Takut apa? Takut nama baiknya jadi buruk di
masyarakat? Ya namanya saja melakukan perbuatan buruk masa namanya tetap baik?
Yang cerdas dikit dong, jangan seperti orang yang tidak pernah sekolah.
Kalau bukan itu sebabnya, apa? Takut? Takut
berhadap-hadapan? Bukankah sesama manusia
itu sama derajatnya di mata Allah? Katakanlah dengan lantang, “Ini dadaku, mana
dadamu?” Begitu kan enak dan terlihat seperti di film-film samurai itu.
Oke, sekarang apa latar belakang perbuatan buruk itu? Hingga
meminjam tangan-tangan yang lain untuk perbuatan
buruk itu? Sakit hati? Sakit hati karena apa? Kalau bukan itu apa dong? Ngomong
dan ngobrol di teras rumah sambil ngopi
kan malah menjadikan semakin akrab satu sama lain. Mungkin dengan secangkir
kopi tadi mampu membatalkan niatan perbuatan buruk tadi.
Nah, kalau memang sakit hati penyebabnya coba sekarang masuk
kedalam diri masing-masing. Siapa sesungguhnya yang salah? Siapa sesungguhnya
yang rumongso salah? Orang Jawa yang bijak itu seharusnya bisa rumangsa bukan rumangsa
bisa.
Oke, ketemu? Siapa? Tidak rumangsa juga? Wah,ternyata intospeksi itu memang tidak semua orang bisa
melakukannya ya. Jika introspeksi saja susah dilakukan, apalagi mau mengakui? Apalagi
kalau egonya tinggi. Apalagi kalau termasuk orang terpandang? Hmm… yasudah
kalau begitu.
Semua sudah terjadi. Jika memang itu yang diinginkan dan
diniatkan, jalani saja sampai di mana jalan itu akan Nampak dan terasa mulus
dilalui. Lihat dan tunggu saja. Setiap ada permulaan pasti akan ada akhirnya
juga. Masa tidak tahu? Orang-orang sepuh selalu ngendiko ‘sopo nandur bakal
ngunduh’. Dan ingat juga siapa-siapa saja yang dimakbulkan doanya oleh Allah SWT?
Kalau tidak tahu saya kutipkan beberapa diantaranya ya :
1. Orang yang berada dalam kesusahan:-
“Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang menderita apabila ia berdoa
kepada-Nya, dan yang menghapuskan kesusahan, serta menjadikan kamu pengganti
menguasai bumi? Adakah sebarang Tuhan yang lain bersama-sama Allah S.W.T? Amat
sedikit di antara kamu yang mengingati.” (an-Naml:62)
2. Anak soleh yang taat kepada Ibu Bapak :-
Diriwayatkan daripada Umar r.a, bahawa baginda pernah berkata mengenai Uwais
bin ‘Amir: “Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda (maksudnya): “Akan datang
kepada kamu Uwais bersama rombongan dari Yaman. Dia pernah ditimpa sopak lalu
dia sembuh melainkan satu tempat sebesar wang satu dirham. Dia memiliki ibu
yang sangat ditaatinya. Jika dia berdoa pasti akan memakbulkan,
jika boleh, kamu mintalah kepadanya agar didoakan bagi kamu.” (Riwayat Ahmad)
3. Orang yang di dholimi:-
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada Muaz bin Jabal r.a ketika mengutusnya ke Yaman:
“Takutilah kamu doa orang yang di dholimi karana tiadalah sesuatu penghalang
antara doanya itu dengan Allah S.W.T.” (Riwayat al-Bukhari)
Nah, bukannya sok pinter agama. Di
atas kan sudah dibilang hanya mengutip. Itu sama saja mengcopy paste. Bukan itu
sebenarnya pointnya. Coba dilihat dan dibaca lagi. Kalau perbuatan buruk itu
pasti akan menimbulkan kesusahan bukan? Kalau dibuat susah tentu saja termasuk
di dholimi juga doong. Terus yang dibuat susah itu punya anak-anak
sholeh/sholehah tidak? Kalau sudah masuk semua kategori di atas sebaiknya
siap-siap saja Yang Punya hidup orang yang dibuat susah itu akan membalaskan
semua perbuatan itu. Ting.
#Berikut tadi adalah obrolan
santai antara semut dan nyamuk di dinding tembok yang sudah mulai kusam warnanya. Dan ilustrasi foto diambil dari mbah google saat istilah itu ramai diperbincangkan.