BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 31 Maret 2014

Nabok Nyilih Tangan



Tumindak ala kanthi kongkonan wong liya. Begitulah artinya dalam Bahasa Jawa. Kalau dalam Bahasa Indonesia artinya melakukan perbuatan yang buruk dengan cara menyuruh orang lain.

‘Perbuatan buruk..’ dari sini sebenarnya sudah dapat kita simpulkan bahwa perbuatan itu dampaknya pasti akan merugikan orang lain. Entah dengan niat ataupun tidak, sengaja ataupun tidak disengaja. Nah, perbuatan buruk bisa bermacam-macam bentuknya. Bisa mulai dari sekedar berupa ejekan, cemoohan,fitnah sampai perbuatan yang bisa menyakiti fisik.

Entah ada berapa banyak orang semacam itu yang hidup di dunia ini? Tapi, mari kita teruskan kata dibelakangnya ‘dengan menyuruh orang lain’… waduh ternyata melakukannya harus dengan menyuruh orang lain? Kenapa tidak dilakukan sendiri? Takut? Takut apa? Takut nama baiknya jadi buruk di masyarakat? Ya namanya saja melakukan perbuatan buruk masa namanya tetap baik? Yang cerdas dikit dong, jangan seperti orang yang tidak pernah sekolah.

Kalau bukan itu sebabnya, apa? Takut? Takut berhadap-hadapan? Bukankah sesama  manusia itu sama derajatnya di mata Allah? Katakanlah dengan lantang, “Ini dadaku, mana dadamu?” Begitu kan enak dan terlihat seperti di film-film samurai itu.

Oke, sekarang apa latar belakang perbuatan buruk itu? Hingga meminjam tangan-tangan yang lain  untuk perbuatan buruk itu? Sakit hati? Sakit hati karena apa? Kalau bukan itu apa dong? Ngomong dan ngobrol  di teras rumah sambil ngopi kan malah menjadikan semakin akrab satu sama lain. Mungkin dengan secangkir kopi tadi mampu membatalkan niatan perbuatan buruk tadi.

Nah, kalau memang sakit hati penyebabnya coba sekarang masuk kedalam diri masing-masing. Siapa sesungguhnya yang salah? Siapa sesungguhnya yang rumongso salah? Orang Jawa yang bijak itu seharusnya bisa rumangsa bukan rumangsa bisa.

Oke, ketemu? Siapa? Tidak rumangsa juga? Wah,ternyata  intospeksi itu memang tidak semua orang bisa melakukannya ya. Jika introspeksi saja susah dilakukan, apalagi mau mengakui? Apalagi kalau egonya tinggi. Apalagi kalau termasuk orang terpandang? Hmm… yasudah kalau begitu.

Semua sudah terjadi. Jika memang itu yang diinginkan dan diniatkan, jalani saja sampai di mana jalan itu akan Nampak dan terasa mulus dilalui. Lihat dan tunggu saja. Setiap ada permulaan pasti akan ada akhirnya juga. Masa tidak tahu? Orang-orang sepuh selalu ngendiko ‘sopo nandur bakal ngunduh’. Dan ingat juga siapa-siapa saja yang dimakbulkan doanya oleh Allah SWT? Kalau tidak tahu saya kutipkan beberapa diantaranya ya :

1. Orang yang berada dalam kesusahan:-
“Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang menderita apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghapuskan kesusahan, serta menjadikan kamu pengganti menguasai bumi? Adakah sebarang Tuhan yang lain bersama-sama Allah S.W.T? Amat sedikit di antara kamu yang mengingati.” (an-Naml:62)

2. Anak soleh yang taat kepada Ibu Bapak :-
Diriwayatkan daripada Umar r.a, bahawa baginda pernah berkata mengenai Uwais bin ‘Amir: “Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda (maksudnya): “Akan datang kepada kamu Uwais bersama rombongan dari Yaman. Dia pernah ditimpa sopak lalu dia sembuh melainkan satu tempat sebesar wang satu dirham. Dia memiliki ibu yang sangat ditaatinya. Jika dia berdoa pasti  akan memakbulkan, jika boleh, kamu mintalah kepadanya agar didoakan bagi kamu.” (Riwayat Ahmad)

3. Orang yang di dholimi:-
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada Muaz bin Jabal r.a ketika mengutusnya ke Yaman: “Takutilah kamu doa orang yang di dholimi karana tiadalah sesuatu penghalang antara doanya itu dengan Allah S.W.T.” (Riwayat al-Bukhari)

Nah, bukannya sok pinter agama. Di atas kan sudah dibilang hanya mengutip. Itu sama saja mengcopy paste. Bukan itu sebenarnya pointnya. Coba dilihat dan dibaca lagi. Kalau perbuatan buruk itu pasti akan menimbulkan kesusahan bukan? Kalau dibuat susah tentu saja termasuk di dholimi juga doong. Terus yang dibuat susah itu punya anak-anak sholeh/sholehah tidak? Kalau sudah masuk semua kategori di atas sebaiknya siap-siap saja Yang Punya hidup orang yang dibuat susah itu akan membalaskan semua perbuatan itu. Ting.

#Berikut tadi adalah obrolan santai antara semut dan nyamuk di dinding tembok yang sudah mulai kusam warnanya. Dan ilustrasi foto diambil dari mbah google saat istilah itu ramai diperbincangkan.

Kamis, 03 Oktober 2013

Sang Oportunis

Saya tidak tahu harus memulai dari mana. Karena untuk menuliskan saja saya masih bingung apa sebenarnya yang ingin saya sampaikan di sini :D. Baiklah, kita mulai saja dari sepak bola. Sebagai pecinta sepakbola baik menonton maupun bermain, nama Filippo Inzaghi tentu saja tidak asing bagi kita. Yaa... pemain sepak bola yang berasal dari Italia yang berposisi sebagai penyerang, dia biasa di panggil dengan julukan Pippo atau Superpippo. Pada saat dia bermain pada AC MILAN, yang telah di belanya sejak tahun 2000 silam ia adalah seseorang yang mampu mencetak gol terbanyak di sepanjang kompetisi di eropa yaitu sebanyak 70 gol dan berhasil mencetak rekor golnya yang ke-300 dalam karirnya saat berhadapan dengan Siena pada tahun 2009.

Sebagai pemain sepakbola, Inzaghi dikenal sebagai pemain yang sering Offside serta sering dikritik karena melakukan diving-diving untuk mendapatkan tendangan bebas atau penalti. Sir Alex Ferguson pernah berujar, “Orang itu pasti terlahir dalam posisi offside.” Dengan skill yang tidak terlalu istimewa, mnamun dengan kemampuannya dalam mencari posisi yang tepat, timing yang bagus serta kejeliannya mencari ruang gerak, Inzaghi mampu menjadi seorang striker yang ditakuti di Italia ataupun Eropa. Banyak yang menyebutnya sebagai striker oportunis.

Sampai pulalah pada kata oportunis. Jujur, semula saya tidak mengerti persis arti oportunis tadi. Pengertian Oportunisme berasal dari kata Oportunism menurut kamus Oxford “the practice of looking for and using opportunities to gain an advantages for oneself, without considering if this is fair or right” 

Dan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia oportunisme adalah paham yang semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada, tanpa berpegang pada prinsip tertentu. Oportunis adalah orang yang bersifat oportunisme.

Wah, di satu sisi saya kok jadi merasa. Dan di sisi lain saya merasa berada di sekitar orang-orang tersebut. Memang sungguh sangat tidak mengenakkan berada di situ. Namun, suka tidak suka, mau tidak mau kita tidak akan pernah bisa lepas dari orang-orang tersebut baik di dalam lingkungan kerja maupun masyarakat.

Sebenarnya saya bukannya ingin bersikap 'anti' terhadap orang-orang tersebut. Hanya kadang terus menerus jadi subyek yang dirugikan atau lebih tepatnya merasa dirugikan, siapa yang tahan dengan keadaan yang demikian itu?

Saya menyadari sifat oportunis tidak selalu buruk dan negatif. Karena terkadang dalam kondisi tertentu kita juga perlu bersikap seperti itu. Lihatlah bagaimana sang striker oportunis mampu membuat rekor bagi dirinya dengan torehan gol-golnya. Serta mampu membawa kejayaan bagi klub yang dibelanya dengan memberi banyak gelar dari gol-gol yang dia sarangkan ke gawang lawan dengan cara yang biasa ataupun dengan jurus oportunisnya. Akhirnya, memang tidak ada pelajaran yang bisa dipetik dari coretan di atas kecuali hanya sebuah curahan hati atau lebih tepatnya sebuah keluhan dari saya :D

Minggu, 18 November 2012

Selamat Ulang Tahun Anakku

Tuhanku,
Sebelum anakku sadar akan dirinya,
Jadikan antara ia dan musuh-musuhnya dinding yang Kau Jaga,
Tetapi sesudahnya, jangan segan kau turunkan ujian,
Agar ia gagah dalam melayani kehidupan.

Tuhanku,
Kokohkan kedua kakinya,
yang berdiri di antaranya,
Kemerdekaan dan belenggunya,

Janganlah Kau manjakan ia,
Janganlah Kau istimewakan kemurahan baginya,
Agar ia cepat mengenali dirinya,
Dan mengerti bahasa tetangganya.
Hukumlah ia jika meminta kemenangan

Sebab,
itu berarti mendoakan kekalahan bagi sesamanya

Tuhanku,
Cambuklah punggungnya,
agar tahu bahwa ia butuh kawannya.
Untuk melihat punggung yang tampak olehnya,

Tuhanku,
Semoga atas nama-Mu,
ia mampu bergaul dengan-Mu,
Amin.


 #DOA UNTUK ANAKKU - MBAH MAN#

Kamis, 09 Juni 2011

NIKMATNYA KEKALAHAN



"Sebuah tulisan dari Emha Ainun Nadjib atau Mbah Nun (begitu 'kami' biasa memanggil beliau), seseorang yang sangat menginspirasi saya menjalani hidup di dalam kehidupan ini. Tulisan yang tak comot dari http://dhitos.wordpress.com/2006/07/06/nikmatnya-kekalahan/ , semoga bermanfaat"

Setiap kesebelasan negara-negara yang tampil di Piala Dunia, termasuk jutaan suporternya masing-masing, berdoa khusyuk kepada Tuhan agar mereka mendapatkan kemenangan. Saya bertanya, kalau Anda menjadi Tuhan: apa yang terbersit dalam pikiran Anda, dan bagaimana menata keadilan dalam mengabulkan doa-doa yang semuanya memojokkan Anda?

Kalau memakai pola pemikiran linier, maka doa kesebelasan manapun yang Anda kabulkan, pasti selalu mengandung unsur ketidakadilan. Kalau Anda mengabulkan doa A, Anda menyakiti B. Demikian pula kalau Anda mengabulkan harapan B, Anda menghancurkan hati A. Bahkan kehancuran itu bisa berupa kematian. Seorang Ibu pendukung kesebelasan Cina meninggal karena gawangnya digedor-gedor habis oleh kesebelasan ‘agama’ sepakbola, yakni Brazil. Seorang Ibu Argentina menyaksikan kesebelasannya bertanding sambil membawa rosario di tangan kirinya dan Kitab di tangan kanannya – kemudian ternyata Argentina angkat koper gulung tikar.

Maka sesungguhnya yang harus diperkarakan, dipikir ulang, dibenahi benar-tidaknya – adalah konsep dan filosofi tentang kemenangan dan kekalahan. Anda yang berpikiran linier-sekuler dan meyakini hidup di dunia adalah segala-galanya, berbeda dengan Anda yang memiliki perspektif dunia-akhirat, pola horizontal-vertikal, yang menemukan bahwa menang kalah di dunia bukan akhir segala-galanya. Yang potensial untuk frustrasi dan stress adalah Anda yang pertama. Tetapi Anda yang kedua, juga potensial untuk naïf, fatal dan pasif dalam perjuangan hidup.

Seorang yang sejak awal memasuki atmosfir Piala Dunia dengan menjagokan Perancis, pagi-pagi sudah harus kukut, dan setap pertandingan sesudah Perancis hancur menjadi sepo dan tidak menarik. Anda yang terlalu pecaya kepada kegagahan, kehebatan dan keunggulan – tidak bisa mengerti kenapa Belanda tak bisa masuk ke Piala Dunia sementara Belgia, tetangganya sesama Benelux, malah lancar. Mungkin Anda mencoba memaafkan bahwa pabrik pemain, Ayax Amsterdam, memang sedang berada pada periode nadir dari produksi dan kreativitasnya, sehingga Belanda kekurangan stok.

Untung Italia tertolong. Tetapi susah payahnya kesebelasan pusat football market ini memberi memberi pelajaran kepada kita tentang kasunyatan bahwa yang popular tidak pasti lebih hebat dibanding yang tak pernah disebut-sebut. Bahwa yang diungguh-unggulkan di media massa tidak pasti berkapasitas Nabi yang punya mukjizat dan pasti menang. Ayatnya berbunyi : ‘Asa an takrohu syai-an wa huwa khoirul lakum, wa ‘asa an tuhibbu syai-an wa huwa syarrul lakum…’.

Sesuatu, figure, kelompok, tokoh, tim, atau apapun yang kau tak sukai mungkin justru itu yang sesungguhnya kau butuhkan. Sementara yang engkau junjung-junjung sebenarnya ia yang mencelakakanmu. Kalau boleh mengingatkan, hal inilah yang memperpanjang kehancuran Indonesia…

Halo Zidan, hai Figo, hee Batistuta…pada hakekatnya kekalahan adalah setinggi-tinggi ilmu pengetahuan. Untuk mengalami kemenangan, tak membutuhkan persiapan mental sejauh dan seberat mengalami kekalahan. Banyak orang lemah yang hanya bisa percaya diri hidupnya kalau ia punya kekayaan. Begitu ia miskin, hancur hatinya. Sementara ada puluhan juta orang kuat yang meskipun hidupnya miskin tetap bisa bahagia dan ceria. Demikianlah banyak orang-orang lemah yang untuk bisa hidup ia membutuhkan jabatan, butuh menyakiti orang lain, butuh mengungguli orang lain, butuh menang atas orang lain, butuh menjadi pejabat, butuh menjadi direktur, butuh menjadi sarjana dan doctor. Kalau mereka tak memiliki itu semua, hancur hatinya.

Terpaksa saya bercerita tentang hati saya. Demi Allah, saya tidak membutuhkan kemenangan atas siapapun saja kecuali atas diri saya sendiri. Menang saja saya tak mau, apalagi kalah.

Anda dan saya bisa hidup tenang bahagia gembira cukup dengan menjadi rakyat biasa, yang tidak kaya, tidak punya gelar dan jabatan. Anda menjadi rakyat saja berani, apalagi sekedar menjadi Presiden.(Emha Ainun Nadjib, Juni 2002).

Jumat, 08 April 2011

Padhang-mbulan : Peran Sunan Kalijaga untuk Indonesia Baru


“Saat ini, diperlukan tak hanya Sunan Kalijaga, tapi Sunan Kalijaga plus untuk memperbaiki Republik Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi Indonesia yang semakin hari tidak semakin baik, bahkan semakin berada pada ambang kehancuran. Gak diapak-apakno, Indonesia iku bakal hancur dewe. Sama seperti keadaan Majapahit zaman dahulu.” Demikian ditegaskan oleh Cak Nun pada padhang mbulan lalu (23/09).

“Sama sekali tidak benar jika hancurnya Majapahit karena diserbu oleh Demak. Sebab, tanpa diserbu sekalipun, Majapahit akan hancur dengan sendirinya. Kehancuran Majapahit lebih disebabkan oleh kondisinya sebagai Negara Kesatuan yang sebenarnya pesisir, tapi pusat ibukotanya berada di pedalaman dengan basis ekonominya pertanian. Sedangkan waktu itu sedang terjadi keretakan lempengan bumi dan semburan lumpur di daerah Canggu sekitar 1450-an,” Cak Nun menambahkan.

Atas dasar itulah, Sunan Ampel akhirnya mengutus kepada Sunan Kalijaga untuk membantu Majapahit yang berada di ambang kehancuran. Majapahit sendiri bersedia menerima karena Sunan Kalijaga membantu Majapahit di akhir-akhir kekuasaannya dari serbuan Kerajaan Kediri yang diperintah Prabu Girindrawardana. Oleh Sunan Kalijaga, Majapahit diajak melakukan transformasi dari Negara Kesatuan Mojopahit berbasis pertanian menuju Negara Demak Federal di Daerah Glagah Wangi yang merupakan Negara Federasi berbasis ekonomi internasional maritim perdagangan.

Putra-putra Prabu Brawijaya pun diserahi kekuasaan sendiri yang disebut dengan Tanah Perdikan dengan gelar Ki Gede atau Ki Ageng. Mulai dari Ki Ageng Mangir, Ki Gede Menoreh, dan lain-lain. Kekuasan yang diberikan kepada putra-putra Brawijaya meliputi NTB hingga Denpasar, Madura, Pamekasan, Sumenep, Makasar, Borneo, sampai Palembang. Semuanya memang putra Brawijaya yang berjumlah 147 orang. Dari Betoro Katong Ponorogo, Syech Bela Belu Parangtritis, Ki Ageng Mangir Yogja Selatan, Handayaningrat, Prabu Denpasar, dan lain sebagainya. Kesemuanya merupakan transformasi dari Majapahit sebagai hasil reformasi yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.

Ketika disuruh oleh Sunan Ampel agar mengatasi masalah yang ada di Majapahit, Sunan Kalijaga berpendapat, bahwa Majapahit tidak akan bisa menerima kehancuran jika tidak mengenal nilai-nilai islam. Sebab, hanya orang-orang yang mengenal nilai-nilai tasawuf islamlah yang akan terhindar dari kehancuran. Didalam tasawuf tidak ada kehancuran, apalagi hanya sekedar penderitaan. Maka, jalan satu-satunya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga adalah “mengislamkan” Majapahit agar memiliki sikap hidup dan pandangan yang berbeda.

Yang pertama kali didakwai agar mengenal islam adalah TNInya Majapahit, yaitu Empu Supo dan anaknya Supo Anom, lantas DPR/MPRnya, baru kemudian keluarga istana dan anak-anaknya, meskipun pada tahap ini ada beberapa orang yang tidak bersedia masuk islam, yang kemudian pergi ke daerah selatan. Intinya, sebagai konsekuensi dari dakwahnya Sunan Kalijaga adalah terbentuknya tiga golongan dengan sikap dan paradigma yang berbeda.

Golongan pertama adalah golongan santri yang berjumlah sekitar 3000 orang. Oleh Sunan Kalijaga, golongan pertama ini diantarkan pergi ke daerah utara mulai Mojoagung hingga Demak dengan dikawal oleh Sunan Kudus. Sementara golongan kedua adalah Golongan Tengah, yaitu keluarga istana dan para kerabatnya. Berbeda dengan golongan pertama, untuk golongan tengah ini adalah islam abangan yang bersedia masuk islam tapi tidak mau berpakaian islam karena pertimbangan budaya. Bersedia naik haji tapi juga korupsi. Selingkuh, tapi kalau mati juga ditahlili, dan lain sebagainya. Golongan tengah ini dipimpin sendiri oleh Sunan Kalijaga dibawa ke Ngawi, yang kemudian disebut Mukswa.

Setelah beres dua golongan itu, Sunan Kalijaga kemudian tidak lantas membiarkan golongan ketiga yang pergi ke selatan karena tidak bersedia masuk islam, yang didalamnya juga terdapat adik dan anak-anak Prabu Brawijaya V. Golongan ketiga inilah yang disebut Sabdopalon Noyogenggong yang berjanji 500 tahun lagi akan kembali, meskipun hingga saat ini tidak ada kejadian apa-apa, pergi ke daerah Denpasar hingga Purwakarta. Oleh Sunan Kalijaga, Golongan ketiga ini didatangi satu persatu dalam waktu yang cukup lama, meskipun pada tahap itu tidak semuanya berhasil.

Sedemikian berat dan berliku tugas yang diemban oleh Sunan Kalijaga itupun gagal. Gagal dalam arti, bahwa Demak yang semula digadang-gadang bisa merepresentasikan dirinya sebagai kerajaan pesisir dibawah sinar islam dengan bimbingan wali sanga ternyata tidak berumur panjang karena perebutan kekuasaan dan pertarungan intern diantara umat islam sendiri. Dari Sunan Prawoto, Ratu Kalinyamat, Arya Penangsang, Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya, dan lain sebagainya. Arya Penangsang itu muridnya Sunan Kudus, sedangkan Mas Karebet muridnya Sunan Kalijaga.

Karena hal tersebut, Demak yang merupakan kerajaan pesisir bergeser ke pedalaman lagi menuju Pajang, hingga Mataram. Ketika berada di Mataram, Sunan Kalijaga sudah sangat tua, sehingga yang merupakan murid Sunan Kalijaga langsung adalah bapaknya Sutowijoyo, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan temannya yang strategi perang, yaitu Ki Mondoroko atau Ki Juru Mertani. Sedangkan Raja Mataram yang pertama, yaitu Panembahan Senopati bukan murid Sunan Kalijaga langsung, meskipun berada pada aliran yang sama.

Alhasil, disitulah lahir Republik Indonesia. Yaitu situasi dimana terjadi kegagalan menangani konflik sehingga Demak bergeser ke tengah lagi di daerah Kertasura (Pajang), bergeser lebih ke selatan ke Yogjakarta, yaitu di Kota Gede. Maka bisa dimengerti kalau kemudian konsep tentang walisongo mulai ditinggalkan digantikan Nyai Roro Kidul. Bahkan, sampai hari ini, Presiden Indonesia pun tetap memakai konsep yang sama. Yaitu tetap ke wali, meskipun pada saat yang sama juga ke penguasa Pantai Selatan. Sejak Panembahan Senopati inilah, Islam abangan mendapat legitimasi secara peradaban jawa.

Tak ada jalan lain, hari-hari ini diperlukan Sunan Kalijaga lagi untuk membawa Indonesia yang kesatuan menuju Demak yang federal berbasis maritim perdagangan. Sampai 2014 keatas harus benar-benar ada peran seperti Sunan Kalijaga, bahkan lebih, yaitu Sunan Kalijaga plus yang tidak anti Nyai Roro Kidul, yang akan menyelamatkan Indonesia dari kehancuran.

Lantas, sebuah pertanyaan yang patut untuk untuk menjadi perenungan bersama. Siapa dan dimanakah Sunan Kalijaga itu sekarang berada? (*).

oleh : Em Syuhada. Sebagian transkrip rekaman padhangmbulan (23/09).

Sabtu, 02 Oktober 2010

Perang (saudara)


Miris, melihat beberapa berita yang memberitakan kejadian-kejadian yang terjadi beberapa waktu ini. Sekelompok orang yang mengaku manusia dengan segala sifat manusiawinya kehilangan rasa kemanusiaannya. Kemanusiaan berada di titik bawah di antara yang terbawah. Terinjak-injak oleh berbagai macam kepentingan-kepentingan pribadi, golongan dan kelompok. Bahkan ada yang sengaja menginjak-injaknya. Kemanusiaan dijunjung ketika menguntungkan, namun segera dilupakan begitu saja bilamana terjadi persinggungan kepentingan.



Ah, apakah sebegitu mudahnya kemanusian itu hilang dari manusia. Atau memang manusia ternyata tidak pernah mempunyai rasa kemanusiaan?? Hmm, mungkin itu hanyalah pikiran burukku yang telah teracuni oleh realita belakangan ini.



Emosi dengan mudahnya tersulut, darah begitu mudahnya mendidih dan hati begitu mudahnya terbakar. Lihatlah, manusia-manusia berteriak-teriak (hampir) lupa pada dirinya sendiri, berteriak-teriak sambil menenteng golok, parang, clurit serta pedang, dengan serta merta mencari sasaran disekelilingnya yang mereka anggap musuh. Mereka bangga jika sudah bisa membasuh muka mereka dengan darah-darah yang membanjir. Mereka pun bernyanyi lagu kematian. Bahkan mereka menari-nari tarian kematian. Entahlah, apakah mereka benar-benar lupa diri?



Mereka pun tertawa penuh kegirangan di atas tangis manusia lain, mereka juga menari-nari di atas bangkai-bangkai manusia yang mungkin masih saudara mereka sendiri. Hah....di sini aku pun tak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah dan menegur mereka atau mengingatkan mereka jika orang yang tergeletak tak bernyawa itu adalah saudara mereka sendiri. Satu, dua, sepuluh.......tidak! Masih ada lagi, oh....berapa lagi jiwa yang harus terpisah dari raganya untuk bisa membasuh dahaga kalian?



Pilu menderu hingga menggema di dinding-dinding hatiku yang beku ini.



Jerit tangis anak-anak yang kehilangan Bapaknya bagai nyanyian sembilu yang keras menusuk relung hati ini. Namun, memang perang serasa telah menjadi sahabat karib bagi manusia, suatu kali berkunjung ke rumah mereka. Jika tidak datang, merekalah yang bertingkah mengundangnya.



Sudahlah, kumohon hentikan!! Hentikan!! Apa yang kalian inginkan?

Apa yang kalian cari? Ku duduk di sini menangis, tidakkah ada jalan yang lebih baik?! Semoga segera terselesaikan! Amiiin.

Jumat, 27 Agustus 2010

Terang [pasti] kan Segera Datang


Jika harus memilih malam ini dan malam kemarin, mungkin malam ini menjadi malam pilihan bagi hati yang sedang berkabut kedukaan. Bagaimana tidak? Malam ini bisa jadi menghibur jiwa-jiwa itu. Lihatlah keluar, bagaimana Bulan dengan gagahnya bertengger di atas sana seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling terang. Bertemankan Bintang-Bintang yang bertebaran memenuhi angkasa, menambah keelokan langit yang bersih meski sedikit awan berarak-arak.

Berbanding terbalik dengan sore hingga malam kemarin. Dari sore Matahari diganggu oleh awan hitam yang bergulung-gulung pekat dari barat hingga timur jauh. Angin pun berhembus dengan kencangnya hingga daun-daun kehilangan pegangannya dari ranting yang selalu menggandengnya sedemikian eratnya. Namun sedemikian kencangnya angin yang bertiup, daun pun berguguran bahkan bersama-sama dengan ranting.

Sesaat kemudian guntur menggelegar membelah angkasa. Air perlahan turun titik demi titik hingga serasa ditumpahkan dari danau yang berada di angkasa sana. Nyanyian guntur berpadu dengan gemericik air yang turun membasahi bumi menyanyat-nyayat hati mereka yang sedang dilanda kegelisahan. Belum lagi tarian-tarian awan hitam yang sekali waktu di hiasi kilat yang menyambar-nyambar setiap jiwa yang lelah. Hingga kepiluan terasa tak berujung.

Tak terasa hari bertambah gelap seiring dengan surutnya Matahari ke ufuk barat, yang seharusnya dapat terlihat jikalau awan hitam itu tidak menyembunyikannya di balik badannya. Senja yang indah berganti senja yang berkabut awan kelam. Dinginnya saat itu pun ikut pula membekukan setiap hati yang dingin. Kebekuan akan kerinduan kepada kehangatan cinta kasih setiap sesamanya.

Entahlah, mengapa sore hingga malam itu hanya berisikan kegelisahan, kepiluan dan kebekuan?! Semua tergambar jelas di wajah langit sore hingga malam itu. Nyanyian syahdu guntur yang menggelegar menambah perih setiap sayatan-sayatan yang sedari tadi mengiris-iris relung hati setiap jiwa yang sedang rapuh.

Ah.....tapi lihatlah malam ini! Cobalah keluar rumah, buka pintu lalu cari tempat yang terbuka dan lihatlah ke atas, betapa keindahan Bulan yang meski belum sempurna, ditambah kerlip Bintang, mampu mengobati kepiluan, mampu mencairkan kebekuan hati pun mampu menghangatkan dinginnya malam ini. Hanya coba nikmati cahaya Bulan yang terang namun tidak menyilaukan itu. Renungilah, dia tidak rela membiarkan setiap malam gelap gulita sehingga Bulan rela memantulkan cahaya dari Matahari. Cobalah bayangkan jika Bulan mampu bersinar layaknya Matahari, pastilah kiranya tidak akan ada siang dan malam!!