Saya tidak tahu harus memulai dari mana. Karena untuk menuliskan saja saya masih bingung apa sebenarnya yang ingin saya sampaikan di sini :D. Baiklah, kita mulai saja dari sepak bola. Sebagai pecinta sepakbola baik menonton maupun bermain, nama Filippo Inzaghi tentu saja tidak asing bagi kita. Yaa... pemain sepak bola yang berasal dari Italia yang berposisi sebagai
penyerang, dia biasa di panggil dengan julukan Pippo atau Superpippo. Pada saat dia bermain pada AC MILAN, yang telah di belanya sejak
tahun 2000 silam ia adalah seseorang yang mampu mencetak gol terbanyak
di sepanjang kompetisi di eropa yaitu sebanyak 70 gol dan berhasil mencetak rekor golnya yang ke-300 dalam karirnya saat berhadapan dengan Siena pada tahun 2009.
Sebagai pemain sepakbola, Inzaghi dikenal sebagai pemain yang sering Offside serta sering dikritik karena melakukan diving-diving untuk mendapatkan tendangan bebas atau penalti. Sir Alex Ferguson
pernah berujar, “Orang itu pasti terlahir dalam posisi offside.” Dengan skill yang tidak terlalu istimewa, mnamun dengan kemampuannya dalam mencari posisi yang tepat, timing yang bagus serta kejeliannya mencari ruang gerak, Inzaghi mampu menjadi seorang striker yang ditakuti di Italia ataupun Eropa. Banyak yang menyebutnya sebagai striker oportunis.
Sampai pulalah pada kata oportunis. Jujur, semula saya tidak mengerti persis arti oportunis tadi. Pengertian Oportunisme berasal dari kata Oportunism menurut kamus Oxford “the
practice of looking for and using opportunities to gain an advantages
for oneself, without considering if this is fair or right”
Dan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia oportunisme adalah paham yang
semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari
kesempatan yang ada, tanpa berpegang pada prinsip tertentu. Oportunis
adalah orang yang bersifat oportunisme.
Wah, di satu sisi saya kok jadi merasa. Dan di sisi lain saya merasa berada di sekitar orang-orang tersebut. Memang sungguh sangat tidak mengenakkan berada di situ. Namun, suka tidak suka, mau tidak mau kita tidak akan pernah bisa lepas dari orang-orang tersebut baik di dalam lingkungan kerja maupun masyarakat.
Sebenarnya saya bukannya ingin bersikap 'anti' terhadap orang-orang tersebut. Hanya kadang terus menerus jadi subyek yang dirugikan atau lebih tepatnya merasa dirugikan, siapa yang tahan dengan keadaan yang demikian itu?
Saya menyadari sifat oportunis tidak selalu buruk dan negatif. Karena
terkadang dalam kondisi tertentu kita juga perlu bersikap seperti itu. Lihatlah bagaimana sang striker oportunis mampu membuat rekor bagi dirinya dengan torehan gol-golnya. Serta mampu membawa kejayaan bagi klub yang dibelanya dengan memberi banyak gelar dari gol-gol yang dia sarangkan ke gawang lawan dengan cara yang biasa ataupun dengan jurus oportunisnya. Akhirnya, memang tidak ada pelajaran yang bisa dipetik dari coretan di atas kecuali hanya sebuah curahan hati atau lebih tepatnya sebuah keluhan dari saya :D


0 komentar:
Posting Komentar