
Kala senja menjelang, kulihat samar2 bayangan gelap mulai mewarnai langitku hari ini. Tak sepatah kata terucap untuk menyambut datangnya malam. Hanya semilir angin dingin yang menyelimutiku dalam keheningan akan senja ini.
Jauh di seberang titian angan melintas akan sesosok manusia yang memiliki kekurangan, namun dengan segala kekurangan tersebut orang itu mampu melewati hari-harinya dengan berhiaskan senyum kebahagian. Walaupun wajar jika sesekali tangis duka kesedihan mewarnai sebagian dari hari-harinya itu.
Tergambar jelas walau pandangan mata ini terbatas oleh cakrawala yang membentang di depan, bagaimana orang itu menghadapi segala aral yang menghadang di hadapannya. Sosok itu terlihat sama rupa dengan diriku, seorang manusia dengan segala "atribut"nya sebagai manusia. Dalam hati kubertanya, "apa yang menyebabkan orang itu begitu tangguh akan godaan-godaan yang menghadang bahkan kadang menjegalnya?", butuh dua tiga putaran matahari untuk bisa menjawab teka-teki yang berjejal di otakku ini.
Beribu-ribu cara ku tempuh tuk membuka rahasia yang tersimpan di dalam diri orang itu. Akhirnya segala kegalauan yang menyelimuti pikiran ini pelan namun pasti mulai menghilang. Ketika sesosok itu mulai mendekat, mendekat bahkan sangat dekat hingga berada di depanku, aku bagai dibangunkan dari sebuah tidur yang lelap. Terkejut hingga akhirnya terdiam.
Tak kusangka sama sekali jika sosok manusia itu sekarang tergambar jelas dan nyata, bukan hanya terlukis dalam alam khayal pikiran yang pandai mengada-ada. Sesosok manusia yang (tak) sempurna dengan kaki yang terikat, tangan yang terborgol, mata yang buta, telinga yang tuli, mulut yang bisu, pikiran yang tertutup namun yang tampak hanyalah hatinya yang bersinar dan bercahaya bagai matahari. Jelas sekaligus menyilaukan.
*Kakinya terikat kuat apabila akan melangkah ke dalam kemaksiatan, terlepas jika akan melangkah ke tempat-tempat yang menawarkan ladang ilmu dan pahala bagi dirinya.
*Tangannya terborgol rapi jika akan di gunakan untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya. Dan akan terlepas jika dipergunakan untuk membantu mengangkat beban yang menghimpit orang lain. Atau pun dengan sendirinya akan terulur tangan itu kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
*Matanya buta terhadap hal-hal yg bathil. Matanya buta terhadap silau nikmat keduniaan dengan segala godaan-godaannya. Tapi matanya selalu jeli terhadap sesuatu yang baik, sehingga matanya tidak pernah tertipu dari segala "keindahan" yang semu itu.
*Telinganya juga tuli terhadap segala bisik, bujuk rayu bahkan teriakan-teriakan setan yang mengajaknya untuk mengikuti jejak maupun jalan setan. Namun telinganya hanya bisa untuk mendengar dengan baik alunan nada merdu suara para malaikat yang mengajaknya agar selalu di jalan yang lurus.
*Mulutnya pun bisu untuk segala ucapan-ucapan cacian makian ataupun ucapan yang menyakiti orang lain dan bahkan menjatuhkan orang lain dengan segala ucapan yang berbau fitnah. Namun mulutnya selalu terbuka untuk mengucapkan sesuatu hal yang menyejukkan hati orang lain dengan ucapan-ucapan yang menghibur bagi mereka yang sedih dan yang ditimpa duka. Mulutnya juga lebih pintar bersyukur dari pada mengeluh itu yang paling utama.
*Pikirannya juga tumpul jika dipergunakan untuk memikirkan cara menjatuhkan orang lain, tumpul jika memikirkan dalam mencari "jalan pintas" untuk segala sesuatu, tumpul jika memikirkan hal-hal yang mengakibatkan khayalan-khayalan liar berhiaskan nafsu yang mendorongnya pada perbuatan hina. Sehingga pikirannya selalu "bersih" karena tidak membiarkan setitik noda pun masuk ke dalam pikirannya. Pikiran pun jadi tajam terhadap sesuatu yang "wajib" tuk dipikirkan.
Jadi wajar adanya jika yang terlihat olehku saat itu hanyalah hati yang memancarkan sinar ketulusan, kasih sayang, kesabaran, serta kebahagiaan walaupun dia hidup dalam gelap dunia yang terus menerus mencoba "mencuri" sinar hatinya untuk menerangi dunia itu.
Ah, sungguh manusia yang (tak) sempurna. Hanya harapan dan do'a kepada Yang Maha Kuasa untuk menurunkan sedikit hanya sedikit kuasanya padaku agar aku bisa seperti orang itu. Amin!!
Tanpa kusadari sosok itu kembali menjauh menyusuri lorong-lorong gelap yang tak bertuan itu. Aku yakin jikalau dia dengan sinar hatinya itu akan terus mencari orang-orang yang terus dilanda kegelapan seperti diriku ini. Bagai ditelan kegelapan sosok itu pun mulai hilang, menjauh dan menjauh hanya sinar hatinya yang selalu memancar kepadaku agar jiwa ini selalu termotivasi tuk menjadi manusia yang (tak) sempurna!!
Selasa, 27 April 2010
( tak ) Sempurna...............
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 01.14 0 komentar
Rabu, 14 April 2010
Dalam Heningku...........

Sayup-sayup terdengar suara burung bernyanyi. Begitu merdu hingga menerobos relung hati. Mataharipun bersembunyi di balik putihnya awan yang bergulung-gulung tak tentu tujuan pasti. Hingga semilir angin sepoi-sepoi mengajakku sejenak meninggalkan segala kebisingan dan kepenatan riuhnya dunia ini.
Tak tampak olehku segala sesuatu yang terhampar di depan sana. Seolah kabur, luntur tak teratur bertabur segala misteri yang berbatas oleh cakrawala penglihatanku sebagai manusia. Dalam sepiku kubertanya, apakah sanggup ku terus mengejar dan menggapai misteri itu?! Hah......dasar manusia cengeng yang terus merengek-rengek mengeluhkan segala beban yang menghimpit badan. (dalam bisikku)
Setelah melalui beberapa jalan kehidupan, akhirnya sampailah di titik ini. Satu tahap dan pencapaian yang tentunya hanya diri ini yang bisa mengukurnya. Tentu saja, berbeda dengan pencapaian yang telah di capai orang-orang di sekelilingku.
Memang mulut ini lebih pintar dari pada kaki dan tubuh. Mulut lebih mudah berbicara tentang segala sesuatu yang 'ideal' dilakukan dalam perjalanan ini. Namun, kaki ini begitu berat menuruti kata-kata yang terucap oleh mulut. Bahkan tubuh pun seolah lebih suka berbaring di tempat tidur dari pada berkeringat menantang panasnya matahari.
Memang hidup penuh liku-liku, dan pada diri kita telah diberikan pemukul dan pemahat untuk mengukirnya dan menjadikannya sesuai dengan segala yang dikehendaki-Nya. Namun diri ini lebih suka menyalahkan keadaan atas segala kesalahan, kegagalan ataupun hasil dari pahatan dan ukiran itu. Sehingga pahatan dan ukiran itu tidak sesuai yang di rencanakan.
Aku keliru pada setiap kali nafas yang aku hela, bukan untuk dinikmati tanpa sebab musabab. Aku turut terkeliru bilamana kenikmatan lahir batin yang Engkau tiupkan ke dalam ulu hatiku kadangkala bibitkan ketakutan yang menggigil di sanubariku.
Alam ini kurasa sangat sempit, biarpun luas ketika aku berada di lautan, segala fatamorgana tidak terlepas dari pandangan namun aku masih terhimpit dan sakit menahan sempit. Atasku langit yang putih membiru, cantik dan menawan, ingin rasanya ku gigit seperti gula kapas. Bawahku lantai bumi yang penuh debu, kotor dan hitam sedang di jauh dalam sana terhuni oleh segala binatang serangga berbisa dan tidak bertulang.
Masa berjalan terus tanpa belas kasihan. Tanpa menoleh kebelakang, yang muda semakin tua dan yang tua semakin dekat dengan kubur. Haruskah mengejar segala bentuk keindahan dunia yang begitu lantang mereka teriakkan itu, yang mampu menghakimiku seolah aku ini manusia tak becus dalam berusaha.
Ah, apapun yang mereka ucapkan, biarkan saja!! Bertahan sendiri dengan satu pilihan!! Sebuah kenangan sejarah kehidupan yang bakal dibawa pulang untuk perhitungan di hari pembalasan.
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 05.35 0 komentar
Minggu, 11 April 2010
Tolong, ajarilah aku bagaimana cara untuk bersyukur!!!

"Mengapa slalu saja ku tak pernah puas dengan yang kulakukan, yang kupikirkan??"
"Berdiri kubercermin kumencaci dan memaki bayanganku sendiri" (CJ-Sempurna)
Sedikit putus asa mencari cara agar lisan ini slalu bersyukur terhadap apa yang telah didapat, dicapai dan diraih maupun digenggam. Aku tidak tahu dengan pasti bagaimana mensyukuri nikmat yg ada padaku, karena bersyukur itu pun merupakan nikmat yang sangat luar biasa.
Tidak terhitung lagi berapa ribu bahkan berapa juta lagi kata-kata ini yang berisi tentang keluhan-keluhan ataupun ketidakpuasan terhadap apa yang ada!!
"Mohon maafkan aku, yg kulakukan hanya mengeluh! Hanya itu yang kubisa, itu yang terasa untuk sesaat ini" (CJ-P.U.T)
Serasa tlah dibutakan mata hati ini. Hingga tidak bisa tanggap maupun peka terhadap apa yang ada disekitarku. Sesungguhnya banyak sekali petunjuk yg mengarahkanku untuk bisa melakukan apa itu yang dinamakan "bersyukur".
Saat aku mengeluh tentang diriku, saat itu juga Tuhan menunjukkan bahwa aku lebih beruntung dari seseorang. Saat aku mengeluh mengapa situasi dan kondisi ini begitu berat, saat itu juga Tuhan membelalakkan mataku dengan menunjukkan seseorang yang (maaf) cacat tubuhnya mampu melewati semua itu dengan senyum yang menghias dibibirnya. Sedangkan aku yang Engkau karunia berupa kelengkapan tubuh yg ada padaku, hanya mampu mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Bahkan mencela situasi itu. Ampuni aku, Ya Tuhan.......!! Begitu piciknya hamba-Mu ini melihat semua yang ada.
Engkaupun telah berfirman dalam kitab-Mu. Engkau akan menambah nikmat kepada orang-orang yang pandai bersyukur sedangkan terhadap mereka yang tidak pandai bersyukur, azab-Mu sangat pedih. Ampuni aku, aku tidak ingin masuk golongan mereka!! Tolonglah, tunjukkan bagaimana cara bersyukur pada-Mu!!
Ajarilah aku bagaimana cara bersyukur itu!! Dengan apa lisan ini mengucap syukur jika kata-kata keluhan lebih dominan dari pada kata-kata do'a?! Tubuh ini harus melakukan apa, jika aku hanya bisa melakukan apa yang Engkau larang hingga aku lupa terhadap apa yg Engkau perintahkan??
Mungkin aku adalah hamba-Mu yg paling bodoh di muka bumi ini. Mungkin aku adalah hamba-Mu yg paling buta terhadap petunjuk-Mu. Mungkin aku adalah hamba-Mu yg cuma fokus melihat kekurangan diri, sehingga mataku ini buta terhadap kelebihan yg telah Engkau anugrahkan padaku. Terlalu banyak mengeluh, bodohnya diriku!!
Tolong ajari aku bagaimana bersyukur kepada-Mu. Aku tidak pernah meragukan-Mu!! Rintihan hati ini lurus, tulus dan ikhlas mohon kepada-Mu.Semoga Engkau mengabulkan!! Amin
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 07.41 0 komentar
Sabtu, 03 April 2010
Perbincanganku dengan Diriku

Malam itu tak seperti malam biasanya. Awan bergulung-gulung, angin berhembus dengan kencangnya, jeritan binatang2 malam pun bersahut-sahutan seolah ingin turut meramaikan kesepianku. Kutermenung terjebak dalam lamunan yang tak berujung. Renungan yang membawaku pada kemungkinan "diriku" meninggalkan aku. Diriku yang slalu ada buatku dalam duka lara nestapa ataupun bahagia. Aku yang tak sanggup hidup sendiri tanpa diriku. Bagiku, aku adalah diriku, dan diriku adalah aku. Hingga hadir "diriku" dengan tiba2 mengajakku berbincang.
****
(+) Diriku : ada apa gerangan hingga kamu termenung seperti itu?!
(-) Aku : terus terang, entah mengapa aku takut kehilanganmu!
(+) Diriku : kenapa, apa yang kamu pikirkan itu? Bukankah aku slalu ada buat kamu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, itu janjiku!
(-) Aku : lihatlah aku!! Tidakkah engkau malu pada orang2 akan keadaanku ini. Mengapa kamu pilih aku, tidakkah di luar sana masih banyak yang lebih sempurna dari aku??
(+) Diriku : aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan itu!
(-) Aku : lihatlah baik2!!
Aku terlihat tua dari umurku.
Rambutku pun memerah kusut tak terurus.
Mukaku kusam karena keringat mengering yang tak sempat kubasuh air.
Kulitku juga hitam legam.
Telapak tanganku pun kasar bagai amplas.
Kakiku juga pecah2.
Tubuhku kekar berotot tak karuan.
Bahkan pikiranku tak mampu lagi berpikir dengan baik seperti mereka yang terlihat pintar.
Apa yang kamu banggakan dariku?!
(+) Diriku : kamu sungguh ingin tahu?!
(-) Aku : iya!! Cepat katakan kepadaku!!
(+) Diriku : baik akan kukatakan padamu.
Kamu terlihat tua dari umurmu karena kamu lebih dewasa dari orang2 seumuranmu. Disaat mereka memikirkan kepentingannya sendiri disaat yang sama kamu sudah bisa memikirkan kepentingan keluargamu bahkan orang lain. Maka dari itu rambutmu memerah dan pikiranmu tak bisa lagi berpikir dengan baik, karena yang ada dalam pikiranmu memikirkan cara agar bisa berguna bagi keluargamu dan orang lain. Dan kamu juga tidak pernah berpikir untuk menjatuhkan orang lain dengan kepintaranmu itu. Tapi lihatlah mereka, mengurus dirinya saja tidak bisa apalagi mengurus orang lain. Yang ada dalam pikiran mereka menghalalkan cara untuk mendapatkan keinginannya tanpa mempedulikan orang lain.
Aku tidak masalah dengan kondisimu saat ini. Semua bukan tanpa sebab!! Bagiku mukamu terlihat lebih memancarkan ketulusan meski kusam.
Kulitmu hitam legam karena terbakar oleh panasnya bara semangatmu.
Kasarnya tanganmu itu karena banyaknya pekerjaan yang kamu sentuh.
Kakimu pecah karena luasnya lahan yang kamu injak demi hidupmu dan orang lain.
Dan kekarnya tubuhmu karena timpaan beban hidupmu yang berat, bagiku tubuhmu lebih bagus dari pada tubuh mereka yang bagus karena keluar masuk gym.
Jadi apa alasanku untuk meninggalkanmu dan beralih kepada mereka yang lebih sempurna katamu,, yang mukanya halus karena tak berani menantang matahari dan memilih diam di rumah? Mereka yang tangannya mulus karena tak pernah menyentuh pekerjaan? Mereka yang kakinya utuh karena tak berani melangkah ke medan perang? Mereka yang tubuhnya berotot tapi hanya kuat mengangkat beban hidupnya sendiri? Dan mereka yang hanya bisa memikirkan kesenangannya sendiri bahkan kadang mengorbankan orang tuanya, saudaranya dan orang lain??
Aku lebih bangga berada di sini untuk kamu!!
(-) Aku : jadi itu alasannya?
(+) Diriku : ya, itu alasannya?
(-) Aku : tapi apa kamu tidak malu jika orang-orang mencelamu, mencacimu atau bahkan mengucilkanmu dari pergaulan mereka? Karena pasti setiap orang yang melihatmu pasti berpikir kamu adalah aku!
(+) Diriku : tidak sama sekali!!! Bahkan sebelum mereka mengucilkanku karena mereka tidak suka denganmu, aku duluan yang akan pergi dari mereka!!
(-) Aku : aku harap kamu sedang tidak menghiburku!!
****
Tak terasa perbincanganku dengan "diriku" berakhir karena tiba2 "diriku" pun pergi dari renunganku seiring lantang suara kokok ayam jago. Langitpun mulai kemerahan. Teriakan binatang malam berganti dengan raungan motor yang mulai lalu lalang saat itu. Hari yang baru kusambut tanpa takut kehilangan "diriku". Amin!!
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 22.20 4 komentar
Kamis, 01 April 2010
( Siapa ) AKU ???

AKU, cm kata untuk menggantikan orang pertama tunggal.
AKU, biasa juga disebut saya ataupun gue.
AKU, tak banyak dari kita yang merasa jadi AKU mengenal siapa AKU sebenarnya.
AKU, bukanlah siapa-siapa karena AKU bukan kamu, dia atau mereka.
AKU, pun bisa menjadi siapa saja yang AKU inginkan.
^^
AKU, adalah seperti yang AKU pikirkan atau kalian ungkapkan.
AKU, adalah seperti yang AKU rasakan atau kalian bicarakan.
AKU, adalah seperti yang kalian lihat sekarang.
AKU, pun kadang tidaklah seperti yang AKU rasa, AKU pikir ataupun kalian ungkap dan bicarakan.
^^
AKU, bisa menjadi apapun yang AKU inginkan.
AKU, bisa lakukan apapun yang AKU mau.
AKU, bisa dapatkan apapun yang AKU inginkan.
AKU, pun bisa saja tidak menjadi apa-apa dan tidak memperoleh apapun itu.
^^
Apapun AKU, siapapun AKU dan bagaimanapun AKU!! AKU telah berada di sini, di tengah-tengah kalian yang sering menyebut diri kalian dengan AKU.
AKU tidak peduli akan siapa AKU sebenarnya!! AKU cuma berusaha sebaik mungkin untuk jadi AKU yang sebenarnya.
AKU dengan segala ke- AKU -anku. AKU dengan apa adanya AKU. AKU dengan apa yang telah ada padaku.
AKU cuma melakukan apa yang terbaik yang AKU bisa. Meski kadang hasilnya tidak seperti yang AKU harapkan.
^^
Tidaklah terlalu penting tuk AKU jawab, siapa AKU?? Karena AKU yang paling kenal dengan AKU. Karena AKU yang paling tau AKU. Dan AKU yang paling mengerti tentang AKU.
Yang terpenting AKU tahu dengan pasti : dari mana AKU berasal!! Untuk apa AKU berada di sini!! Untuk apa AKU hidup!! Dan ke mana AKU nantinya jika AKU mati!!
^^
I'm what I'm, and I do what I do
I'm what I'm, eventhought I don't no who I'am
^^
Siapa aku??? Jawablah siapapun yang merasa mengenalku!!!!!!!!!
*Aku yang masih mencari sejatinya aku
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 01.15 0 komentar
denganmu aku bisa jadi diriku

Masihkah ada seseorang seperti kamu di luar sana?
Masihkah tersisa seseorang seperti kamu di dunia ini?
Seorang yang mampu mencintai dengan sempurna seseorang yg tidak sempurna.
Seorang yang mampu menerima segala kesederhanaan seseorang.
Seorang yang mau menerima segala kekurangan seseorang.
****
Aku kira tak ada lagi seorang sepertimu yg msh tersisa.
Aku pun menduga jika seorang sepertimu telah musnah ditelan jaman.
Aku pikir tak kan ada lagi yg mau menerima segala ketidaksempurnaan, kesederhanaan dan kekurangan dari seseorang.
****
Hingga waktu mempertemukan denganmu.
Kusadari masih ada di sini seseorang seperti itu.
Seseorang yang mampu dan mau menerima segala ketidaksempurnaan, kesederhanaan maupun kekurangan itu.
Seseorang yang sudi tetap bersama dalam suka maupun duka.
Terlalu banyak sudah seseorang yang datang dalam suka, tapi segera berlari meninggalkan jika duka menghadang.
*****
Denganmu, aku bisa jadi diriku.
Meski kadang aku menuntut kamu tuk jadi orang lain.
Aku sadar jika engkau satu-satunya orang yang mau membutakan matamu sendiri agar tidak melihat cacat yang ada padaku.
Aku pun sadar jika aku terlalu naif tuk sering membandingkan kamu dengan yang lain.
Maafkan aku...............
*****
Sebegitu besar pengorbanan itu, hingga aku tak tahu bagaimana lagi cara tuk mencintaimu.
Yang kubisa hanyalah menuntutmu agar jadi orang lain bukan dirimu sendiri.
Maafkan aku.................
*****
Denganmu, aku bisa jadi diriku.
Sebisa mungkin ku kan berusaha tuk melakukan apa yang telah kamu lakukan padaku.
Terima kasih karena kamu telah mengajariku tentang apa itu cinta dan mencintai.
Terima kasih karena telah menemukan apa yang selama ini kucari.
Meski, ku akui kamu belum menjadi seperti yang ku harapkan.
Ku akui kamu belum menjadi seperti yang ku impikan.
****
Namun, denganmu aku bisa jadi diriku.
Itulah alasannya................
* untuk seseorang yang semoga jadi calon istriku, amin
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 01.06 0 komentar
Untuk Ibu

Masih belum habis uneg-uneg dalam pikiranku tentang seseorang. Untuk itu aku tidak mempunyai alasan untuk tidak aku ungkapkan melalui sebuah tulisan. Dan, rasanya tidak akan pernah ada kata cukup untuk mengurai lebih jauh tentang seseorang itu. Selama nafas ini belum putus, aku akan terus mencari syurga di bawah telapak kakinya.
*****
Aku tidak mampu tuk menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaan dalam tulisanku tentang manusia yang kucintai dalam hidupku, yaitu Ibuku. Aku sedang tidak menulis tentang seorang pemimpin negara yang mengabdikan dirinya untuk seluruh rakyatnya dengan memajukan dan menyejahterakan tanah airnya. Tapi aku menulis tentang seseorang yang mampu mendidik sekaligus mengurus anak-anaknya. Serta mampu menjadi seorang istri yang baik bagi suamimya. Seorang yang mampu mengabdikan dirinya untuk seluruh anggota keluarganya dengan memajukan dan menyejahterakan keluarganya. Bukankah semua di tentukan dari lingkup yang kecil dulu??
*****
Aku pun tidak mampu untuk tidak bersikap memihak saat menulis tentang dia, karena aku tidak menulis tentang seorang Ratu istana yang begitu memiliki segala kekayaan dan kemewahan. Tapi yang aku tulis adalah perihal seorang yang menjadi Ibu yang menjadikan anak-anaknya sebagai kekayaan dan kemewahan yang tiada ternilai harganya.
*****
Aku juga tidak kuasa untuk tidak memihak, karena aku bukan menulis tentang seorang Raja yang menguasai manusia dengan pedang dan cambuknya serta mempertakuti manusia dengan kekuasaan, pengaruh dan propaganda yang dimilikinya, melainkan aku menulis tentang seorang aku mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan segala kesabaran dan keikhlasan yang tak bertepi. Slalu ada pancaran sinar terang yang bernama kesabaran dan keikhlasan di matanya.
*****
Aku tidak kuasa untuk tidak mengungkapkan perasaanku, karena aku bukan menulis tentang seorang penyair yang ngaco atau seorang orator yang besar mulut atau pembicara tukang membual atau filosof yang kepaung (tanpa arah dan tujuan) atau seorang pendongeng yang pandai berilusi atau seorang penulis yang ahli dalam membuat cerita. Sesungguhnya akumenulis tentang seorang yang slalu menjadi pengiring, penyemangat dan pendorong langkah kaki anak-anaknya dalam menggapai mimpi-mimpi mereka. Sekaligus menjadi penolong saat anak-anaknya terjatuh dalam perjalanan itu.
*****
Beliau yang mengandungku, beliau yang melahirkanku. Saat diriku belum bisa berjalan, beliau yang menggendongku. Saat diriku mulai belajar berjalan, beliau yang memapahku. Dan, di saat aku sudah bisa berjalan, beliau berkata : ”Hati-hati, Nak!! Jalan tak seluruhnya lurus dan rata”. Disaat aku berlari,
beliau berkata : Awas, Nak!! Jangan terlalu kencang berlari, sekali waktu lihatlah ke belakang tapi tetap fokuslah ke depan”. Pun, berkali-kali saat aku terjatuh, beliau selalu berkata : ”Jangan cengeng, Nak!! Ayo lekas bangun, jangan salahkan lubang atau duri yang menjegal langkahmu itu!! Tapi kamu mesti harus lebih berhati-hati lagi dalam melangkah!!"
*****
Apakah anda hendak menahan perasaanku, membelenggu kecenderunganku, dan mengekang degupan jantungku saat aku menulis tentang manusia yang sangat kucintai dan kusayangi dengan sepenuh hati, seorang wanita yang paling kuhormati, dan makhluk yang kumuliakan dengan segenap jiwaku? Sesungguhnya hal itu adalah aneh.
Apakah anda hendak menahan air deraian mataku saat aku menulis penuntun perjalanan hidupku? Apakah anda hendak memadamkan bara kerinduan jiwaku saat aku menulis tentang berita-beritanya dan apakah anda hendak membekukan degupan kecintaan hatiku saat aku menguntai kenangan-kenangannya? Aku sama sekali tidak kuasa melakukannya, meskipun beribu bahkan berjuta upaya telah kulakukan.
*****
Sesungguhnya aku menulis tentang wanita yang paling kucintai, kuhargai, kusayangi. Insan yang mulia, makhluk yang suci. Inspirasiku dalam penulisan ini adalah data cinta yang tersimpan dalam kalbuku, dan sumberku dalam hal ini ada dalam daftar kekaguman yang terukir dalam ingatanku. Aku menulisnya seakan-akan dengan semua syaraf tubuhku dan urat jantungku, dan seakan-akan tinta yang kugunakan adalah darah dan air mataku.
Kutulis bulan desember lalu saat menjelang hari ibu. Dan alhamdulillah, ibuku juga sudah membacanya.
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 00.48 2 komentar
