BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 01 April 2010

Untuk Ibu


Masih belum habis uneg-uneg dalam pikiranku tentang seseorang. Untuk itu aku tidak mempunyai alasan untuk tidak aku ungkapkan melalui sebuah tulisan. Dan, rasanya tidak akan pernah ada kata cukup untuk mengurai lebih jauh tentang seseorang itu. Selama nafas ini belum putus, aku akan terus mencari syurga di bawah telapak kakinya.


*****


Aku tidak mampu tuk menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaan dalam tulisanku tentang manusia yang kucintai dalam hidupku, yaitu Ibuku. Aku sedang tidak menulis tentang seorang pemimpin negara yang mengabdikan dirinya untuk seluruh rakyatnya dengan memajukan dan menyejahterakan tanah airnya. Tapi aku menulis tentang seseorang yang mampu mendidik sekaligus mengurus anak-anaknya. Serta mampu menjadi seorang istri yang baik bagi suamimya. Seorang yang mampu mengabdikan dirinya untuk seluruh anggota keluarganya dengan memajukan dan menyejahterakan keluarganya. Bukankah semua di tentukan dari lingkup yang kecil dulu??



*****


Aku pun tidak mampu untuk tidak bersikap memihak saat menulis tentang dia, karena aku tidak menulis tentang seorang Ratu istana yang begitu memiliki segala kekayaan dan kemewahan. Tapi yang aku tulis adalah perihal seorang yang menjadi Ibu yang menjadikan anak-anaknya sebagai kekayaan dan kemewahan yang tiada ternilai harganya.


*****


Aku juga tidak kuasa untuk tidak memihak, karena aku bukan menulis tentang seorang Raja yang menguasai manusia dengan pedang dan cambuknya serta mempertakuti manusia dengan kekuasaan, pengaruh dan propaganda yang dimilikinya, melainkan aku menulis tentang seorang aku mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan segala kesabaran dan keikhlasan yang tak bertepi. Slalu ada pancaran sinar terang yang bernama kesabaran dan keikhlasan di matanya.


*****


Aku tidak kuasa untuk tidak mengungkapkan perasaanku, karena aku bukan menulis tentang seorang penyair yang ngaco atau seorang orator yang besar mulut atau pembicara tukang membual atau filosof yang kepaung (tanpa arah dan tujuan) atau seorang pendongeng yang pandai berilusi atau seorang penulis yang ahli dalam membuat cerita. Sesungguhnya akumenulis tentang seorang yang slalu menjadi pengiring, penyemangat dan pendorong langkah kaki anak-anaknya dalam menggapai mimpi-mimpi mereka. Sekaligus menjadi penolong saat anak-anaknya terjatuh dalam perjalanan itu.



*****



Beliau yang mengandungku, beliau yang melahirkanku. Saat diriku belum bisa berjalan, beliau yang menggendongku. Saat diriku mulai belajar berjalan, beliau yang memapahku. Dan, di saat aku sudah bisa berjalan, beliau berkata : ”Hati-hati, Nak!! Jalan tak seluruhnya lurus dan rata”. Disaat aku berlari,
beliau berkata : Awas, Nak!! Jangan terlalu kencang berlari, sekali waktu lihatlah ke belakang tapi tetap fokuslah ke depan”. Pun, berkali-kali saat aku terjatuh, beliau selalu berkata : ”Jangan cengeng, Nak!! Ayo lekas bangun, jangan salahkan lubang atau duri yang menjegal langkahmu itu!! Tapi kamu mesti harus lebih berhati-hati lagi dalam melangkah!!"



*****



Apakah anda hendak menahan perasaanku, membelenggu kecenderunganku, dan mengekang degupan jantungku saat aku menulis tentang manusia yang sangat kucintai dan kusayangi dengan sepenuh hati, seorang wanita yang paling kuhormati, dan makhluk yang kumuliakan dengan segenap jiwaku? Sesungguhnya hal itu adalah aneh.


Apakah anda hendak menahan air deraian mataku saat aku menulis penuntun perjalanan hidupku? Apakah anda hendak memadamkan bara kerinduan jiwaku saat aku menulis tentang berita-beritanya dan apakah anda hendak membekukan degupan kecintaan hatiku saat aku menguntai kenangan-kenangannya? Aku sama sekali tidak kuasa melakukannya, meskipun beribu bahkan berjuta upaya telah kulakukan.



*****


Sesungguhnya aku menulis tentang wanita yang paling kucintai, kuhargai, kusayangi. Insan yang mulia, makhluk yang suci. Inspirasiku dalam penulisan ini adalah data cinta yang tersimpan dalam kalbuku, dan sumberku dalam hal ini ada dalam daftar kekaguman yang terukir dalam ingatanku. Aku menulisnya seakan-akan dengan semua syaraf tubuhku dan urat jantungku, dan seakan-akan tinta yang kugunakan adalah darah dan air mataku.



Kutulis bulan desember lalu saat menjelang hari ibu. Dan alhamdulillah, ibuku juga sudah membacanya.

2 komentar:

Ervyn mengatakan...

Wkwkwkwk... kiye masdap... hhmmmmhhhhhh.... Layoutmu rakaruan genahe... =="

Andrex Tohjaya mengatakan...

lha kepriben sie ya? Hehehe