
Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.
Cinta.....entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar.
Impian cinta membuat hati dan rasa terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah.
Namun, cinta pun terkadang membuat rasa perih dan menorehkan sebuah luka di hati. Bagai sayatan pedang tajam mengiris-iris jantung hati ini. Hingga cinta berubah jadi benci yang tak terbendung.
Seharusnya, cinta tetap cinta dan benci tetap benci. Janganlah kita mengotori cinta dengan kebencian, namun alangkah baiknya jika meredam benci itu dengan menebar cinta.
Memang benar jikalau kesetiaan harus dimiliki oleh cinta dan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kesetiaan adalah mahar yang sangat mahal bagi mereka yang ingin memelihara cinta agar tetap tumbuh dalam sanubari ini.
Dan, terkadang pun kesetiaan menjadi barang rongsokan bagi mereka yang tidak memahami arti cinta yang sesungguhnya. Bagi kita, orang yang tidak bisa memahami arti cinta yang sesungguhnya adalah bukan orang yang pantas untuk kita pilih sebagai tempat berlabuhnya cinta kita. Jadi, tidak sepantasnya kita memberikan cinta kita kepada orang-orang semacam itu.
Wajar adanya jika kebencian dapat muncul dan tumbuh subur di dalam diri para pecinta. Karena ketika cinta tidak di sertai dengan kesetiaan, dapat dipastikan kebencian akan muncul dalam diri karena hati tergores dan tersayat oleh ketidaksetiaan itu.
Bencilah ketidaksetiaanya, jangan benci orangnya. Dan jangan pula kebencian itu merugikan dirimu sendiri. Sisakan ruang bagi cinta untuk tumbuh dan berkembang untuk orang lain, ataupun untuk dirinya jika masih mungkin. Who knows??
Kebenciaan hanya akan membawa kita pada trauma cinta, hingga kebencian bisa membuat hati kita tertutup untuk orang lain. ( pengalamanku ^^ )
Namun, janganlah terlalu lama hinggap dalam kesedihan yang tak berujung itu. Jangan terlalu lama mengkasihani diri sendiri, jangan terlalu lama menikmati rasa perih itu. Lihatlah betapa banyak orang di luar sana yang menawarkan obat mujarab bagi lukamu itu. Mereka masih malu untuk datang kepadamu mengobati luka itu. Semua tergantung kepadamu, pilihan pun terserah kepadamu.
Memilih di sini untuk terus berdiam diri sambil menangisi dan menikmati perihnya luka itu atau memilih menghampiri tangan setiap orang yang menawarkan obat kepadamu.
"Hanya orang yang tepat yang mampu mengobati luka itu".
Penampilan luar yang indah bukan jaminan orang itu membawa obat yang kita harapkan, namun lebih kepada ketulusan dan kerelaan dia mengobati luka itu.
Good Luck!!
Jumat, 30 Juli 2010
Surat Untuk Sahabat II
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 23.37
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar