
Selayaknya fitrah manusia yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Begitu juga diriku yang menjalin hubungan dengan manusia lain melalui proses mengenalkan, berkenalan, kenal, berteman dan bersahabat. Suatu proses yang tidaklah gampang ataupun sulit. Ya, sampai saat ini aku masih bergelut dan menikmati proses itu.
*****
Seribu manusia yang ku temui, namun hanya tiga, dua atau bahkan satu yang mampu untuk mau saling mengerti bahkan memahami. Aku mengerti sepenuhnya jikalau isi dari kepala manusia itu berbeda-beda. Namun, ini bukan masalah tentang kepintaran ataupun kecerdasan. Ini lebih tentang perasaan, rasa yang (seharusnya) mampu tuk saling memberi saling menerima bukan saja dalam suka tapi dalam duka sekaligus.
*****
Datang dan pergi, menghianati dan dikhianati, mengecewakan dan dikecewakan, wajar adanya terjadi dalam dunia pertemanan, namun tidak dalam dunia persahabatan. Ya, teman berbeda dengan sahabat. Banyak yang datang pada kita saat mereka butuh sesuatu dari kita, banyak pula yang segera pergi saat kita butuh mereka. Dipungut jika kita berguna bagi mereka dan dibuang bagai sampah tak berarti sesudahnya. Aku pun masih berusaha sebaik mungkin tuk tidak saja menjadi teman tapi menjadi sahabat bagi orang-orang di sekelilingku. Betapa indahnya bilamana ada orang yang mau diajak berbagi rasa, berbagi pengalaman dan berbagi yang lain.
*****
Semua itu bukan tanpa masalah, karena untuk saling mengerti itu sulit dan untuk saling memahami itu susah. Jika hari-hari dipenuhi pertengkaran dan percekcokan karena perbedaan pandangan atau perbedaan pendapat, itu wajar. Itulah ujian untuk mengukur sampai di mana kualitas hubunganku dengan mereka. Bisa juga sebagai bahan introspeksi diriku, mulai dari kata-kata hingga perlakuanku terhadap mereka. Banyak yang membuat mereka tersenyum atau membuat mereka mengerutkan dahi.
*****
Begitu kompleksnya masalah-masalah yang muncul dalam proses itu. Namun dari situlah aku tahu mana yang mampu mengerti dan memahamiku, meski kadang aku belum bisa mampu tuk mengerti dan memahami mereka (maaf). Itulah sebagai bukti kekurangan dan kelemahanku yang menjadi alasan mengapa aku butuh seorang yang tidak saja sebagai teman, namun lebih dari sebagai teman yaitu sebagai sahabat dalam pengiring kaki ini melangkah.
*****
Aku tidak merisaukan jika ada satu dua yang hadir mengaku teman/sahabat saat membutuhkanku tapi tanpa ampun segera membuangku bagai sampah tak berarti sesudahnya. Sama sekali tidak membuatku goyah, karena aku masih mempunyai sahabat-sahabat setia dalam suka dan duka yang jauh lebih banyak dari pada teman-temanku yang seperti itu. Hahaha, kadang ada yang berpikir skeptis padaku kalau aku ini mudah sekali dimanfaatkan. Tak mengapa, memberikan yang terbaik semampu tenagaku kepada sahabat itulah sejatinya nilai sebuah persahabatan buatku.
*****
Maafkan, jika aku terkesan menggurui kalian di saat kita sedang saling berbagi rasa dan berbagi pengalaman. Tak ada maksud untuk itu. Suka tidak suka, sahabat yang benar-benar sejati akan mampu memahami itu. Aku juga tidak menuntut semua teman bisa menjadi sahabat. Karena itu tidak mungkin, karena hanya waktu dan keadaanlah yang bisa mempertemukanku dengan sahabat-sahabat itu.
*****
Jika kata orang bijak, tidak perlu menjadi seorang yang sempurna tuk mencintai secara sempurna. Aku bisa mengambil kesimpulan dari itu, tidak perlu menjadi seorang yang sempurna untuk menjadi sahabat yang sempurna. Menurutku justru karena ketidaksempurnaan masing-masing individu yang bisa membuat sempurna apa itu yang dinamakan sahabat sejati.
*****
Bagai cinta pertama, begitu pula sahabat sejati akan slalu ada dalam hati walaupun terpisah oleh jarak dan waktu. Aku yakin itu, sahabat sejati tidak akan mudah putus tali persahabata itu walau berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Hanya hati yang bisa menembus ruang dan waktu itu. Mereka bisa hadir dalam mimpi kita, angan kita bahkan langkah kita walau secara fisik tidak tampak. Ikatan batiniah lebih kekal dari pada ikatan lahiriah.
*****
Berlebihankah jikalau aku bercerita tentang sahabatku demikian itu??
Salahkah jikalau aku menggambarkan sahabatku demikian itu??
Senin, 14 Juni 2010
Celoteh Tentang Seorang Sahabat
Dipostkan oleh Andrex Tohjaya di 09.10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar