BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 02 Oktober 2010

Perang (saudara)


Miris, melihat beberapa berita yang memberitakan kejadian-kejadian yang terjadi beberapa waktu ini. Sekelompok orang yang mengaku manusia dengan segala sifat manusiawinya kehilangan rasa kemanusiaannya. Kemanusiaan berada di titik bawah di antara yang terbawah. Terinjak-injak oleh berbagai macam kepentingan-kepentingan pribadi, golongan dan kelompok. Bahkan ada yang sengaja menginjak-injaknya. Kemanusiaan dijunjung ketika menguntungkan, namun segera dilupakan begitu saja bilamana terjadi persinggungan kepentingan.



Ah, apakah sebegitu mudahnya kemanusian itu hilang dari manusia. Atau memang manusia ternyata tidak pernah mempunyai rasa kemanusiaan?? Hmm, mungkin itu hanyalah pikiran burukku yang telah teracuni oleh realita belakangan ini.



Emosi dengan mudahnya tersulut, darah begitu mudahnya mendidih dan hati begitu mudahnya terbakar. Lihatlah, manusia-manusia berteriak-teriak (hampir) lupa pada dirinya sendiri, berteriak-teriak sambil menenteng golok, parang, clurit serta pedang, dengan serta merta mencari sasaran disekelilingnya yang mereka anggap musuh. Mereka bangga jika sudah bisa membasuh muka mereka dengan darah-darah yang membanjir. Mereka pun bernyanyi lagu kematian. Bahkan mereka menari-nari tarian kematian. Entahlah, apakah mereka benar-benar lupa diri?



Mereka pun tertawa penuh kegirangan di atas tangis manusia lain, mereka juga menari-nari di atas bangkai-bangkai manusia yang mungkin masih saudara mereka sendiri. Hah....di sini aku pun tak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah dan menegur mereka atau mengingatkan mereka jika orang yang tergeletak tak bernyawa itu adalah saudara mereka sendiri. Satu, dua, sepuluh.......tidak! Masih ada lagi, oh....berapa lagi jiwa yang harus terpisah dari raganya untuk bisa membasuh dahaga kalian?



Pilu menderu hingga menggema di dinding-dinding hatiku yang beku ini.



Jerit tangis anak-anak yang kehilangan Bapaknya bagai nyanyian sembilu yang keras menusuk relung hati ini. Namun, memang perang serasa telah menjadi sahabat karib bagi manusia, suatu kali berkunjung ke rumah mereka. Jika tidak datang, merekalah yang bertingkah mengundangnya.



Sudahlah, kumohon hentikan!! Hentikan!! Apa yang kalian inginkan?

Apa yang kalian cari? Ku duduk di sini menangis, tidakkah ada jalan yang lebih baik?! Semoga segera terselesaikan! Amiiin.

Jumat, 27 Agustus 2010

Terang [pasti] kan Segera Datang


Jika harus memilih malam ini dan malam kemarin, mungkin malam ini menjadi malam pilihan bagi hati yang sedang berkabut kedukaan. Bagaimana tidak? Malam ini bisa jadi menghibur jiwa-jiwa itu. Lihatlah keluar, bagaimana Bulan dengan gagahnya bertengger di atas sana seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling terang. Bertemankan Bintang-Bintang yang bertebaran memenuhi angkasa, menambah keelokan langit yang bersih meski sedikit awan berarak-arak.

Berbanding terbalik dengan sore hingga malam kemarin. Dari sore Matahari diganggu oleh awan hitam yang bergulung-gulung pekat dari barat hingga timur jauh. Angin pun berhembus dengan kencangnya hingga daun-daun kehilangan pegangannya dari ranting yang selalu menggandengnya sedemikian eratnya. Namun sedemikian kencangnya angin yang bertiup, daun pun berguguran bahkan bersama-sama dengan ranting.

Sesaat kemudian guntur menggelegar membelah angkasa. Air perlahan turun titik demi titik hingga serasa ditumpahkan dari danau yang berada di angkasa sana. Nyanyian guntur berpadu dengan gemericik air yang turun membasahi bumi menyanyat-nyayat hati mereka yang sedang dilanda kegelisahan. Belum lagi tarian-tarian awan hitam yang sekali waktu di hiasi kilat yang menyambar-nyambar setiap jiwa yang lelah. Hingga kepiluan terasa tak berujung.

Tak terasa hari bertambah gelap seiring dengan surutnya Matahari ke ufuk barat, yang seharusnya dapat terlihat jikalau awan hitam itu tidak menyembunyikannya di balik badannya. Senja yang indah berganti senja yang berkabut awan kelam. Dinginnya saat itu pun ikut pula membekukan setiap hati yang dingin. Kebekuan akan kerinduan kepada kehangatan cinta kasih setiap sesamanya.

Entahlah, mengapa sore hingga malam itu hanya berisikan kegelisahan, kepiluan dan kebekuan?! Semua tergambar jelas di wajah langit sore hingga malam itu. Nyanyian syahdu guntur yang menggelegar menambah perih setiap sayatan-sayatan yang sedari tadi mengiris-iris relung hati setiap jiwa yang sedang rapuh.

Ah.....tapi lihatlah malam ini! Cobalah keluar rumah, buka pintu lalu cari tempat yang terbuka dan lihatlah ke atas, betapa keindahan Bulan yang meski belum sempurna, ditambah kerlip Bintang, mampu mengobati kepiluan, mampu mencairkan kebekuan hati pun mampu menghangatkan dinginnya malam ini. Hanya coba nikmati cahaya Bulan yang terang namun tidak menyilaukan itu. Renungilah, dia tidak rela membiarkan setiap malam gelap gulita sehingga Bulan rela memantulkan cahaya dari Matahari. Cobalah bayangkan jika Bulan mampu bersinar layaknya Matahari, pastilah kiranya tidak akan ada siang dan malam!!

Jumat, 30 Juli 2010

Surat Untuk Sahabat II


Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.


Cinta.....entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta kadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar.
Impian cinta membuat hati dan rasa terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah.


Namun, cinta pun terkadang membuat rasa perih dan menorehkan sebuah luka di hati. Bagai sayatan pedang tajam mengiris-iris jantung hati ini. Hingga cinta berubah jadi benci yang tak terbendung.


Seharusnya, cinta tetap cinta dan benci tetap benci. Janganlah kita mengotori cinta dengan kebencian, namun alangkah baiknya jika meredam benci itu dengan menebar cinta.
Memang benar jikalau kesetiaan harus dimiliki oleh cinta dan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kesetiaan adalah mahar yang sangat mahal bagi mereka yang ingin memelihara cinta agar tetap tumbuh dalam sanubari ini.


Dan, terkadang pun kesetiaan menjadi barang rongsokan bagi mereka yang tidak memahami arti cinta yang sesungguhnya. Bagi kita, orang yang tidak bisa memahami arti cinta yang sesungguhnya adalah bukan orang yang pantas untuk kita pilih sebagai tempat berlabuhnya cinta kita. Jadi, tidak sepantasnya kita memberikan cinta kita kepada orang-orang semacam itu.


Wajar adanya jika kebencian dapat muncul dan tumbuh subur di dalam diri para pecinta. Karena ketika cinta tidak di sertai dengan kesetiaan, dapat dipastikan kebencian akan muncul dalam diri karena hati tergores dan tersayat oleh ketidaksetiaan itu.


Bencilah ketidaksetiaanya, jangan benci orangnya. Dan jangan pula kebencian itu merugikan dirimu sendiri. Sisakan ruang bagi cinta untuk tumbuh dan berkembang untuk orang lain, ataupun untuk dirinya jika masih mungkin. Who knows??
Kebenciaan hanya akan membawa kita pada trauma cinta, hingga kebencian bisa membuat hati kita tertutup untuk orang lain. ( pengalamanku ^^ )


Namun, janganlah terlalu lama hinggap dalam kesedihan yang tak berujung itu. Jangan terlalu lama mengkasihani diri sendiri, jangan terlalu lama menikmati rasa perih itu. Lihatlah betapa banyak orang di luar sana yang menawarkan obat mujarab bagi lukamu itu. Mereka masih malu untuk datang kepadamu mengobati luka itu. Semua tergantung kepadamu, pilihan pun terserah kepadamu.
Memilih di sini untuk terus berdiam diri sambil menangisi dan menikmati perihnya luka itu atau memilih menghampiri tangan setiap orang yang menawarkan obat kepadamu.
"Hanya orang yang tepat yang mampu mengobati luka itu".
Penampilan luar yang indah bukan jaminan orang itu membawa obat yang kita harapkan, namun lebih kepada ketulusan dan kerelaan dia mengobati luka itu.


Good Luck!!

Senin, 14 Juni 2010

Celoteh Tentang Seorang Sahabat


Selayaknya fitrah manusia yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Begitu juga diriku yang menjalin hubungan dengan manusia lain melalui proses mengenalkan, berkenalan, kenal, berteman dan bersahabat. Suatu proses yang tidaklah gampang ataupun sulit. Ya, sampai saat ini aku masih bergelut dan menikmati proses itu.

*****

Seribu manusia yang ku temui, namun hanya tiga, dua atau bahkan satu yang mampu untuk mau saling mengerti bahkan memahami. Aku mengerti sepenuhnya jikalau isi dari kepala manusia itu berbeda-beda. Namun, ini bukan masalah tentang kepintaran ataupun kecerdasan. Ini lebih tentang perasaan, rasa yang (seharusnya) mampu tuk saling memberi saling menerima bukan saja dalam suka tapi dalam duka sekaligus.

*****

Datang dan pergi, menghianati dan dikhianati, mengecewakan dan dikecewakan, wajar adanya terjadi dalam dunia pertemanan, namun tidak dalam dunia persahabatan. Ya, teman berbeda dengan sahabat. Banyak yang datang pada kita saat mereka butuh sesuatu dari kita, banyak pula yang segera pergi saat kita butuh mereka. Dipungut jika kita berguna bagi mereka dan dibuang bagai sampah tak berarti sesudahnya. Aku pun masih berusaha sebaik mungkin tuk tidak saja menjadi teman tapi menjadi sahabat bagi orang-orang di sekelilingku. Betapa indahnya bilamana ada orang yang mau diajak berbagi rasa, berbagi pengalaman dan berbagi yang lain.

*****

Semua itu bukan tanpa masalah, karena untuk saling mengerti itu sulit dan untuk saling memahami itu susah. Jika hari-hari dipenuhi pertengkaran dan percekcokan karena perbedaan pandangan atau perbedaan pendapat, itu wajar. Itulah ujian untuk mengukur sampai di mana kualitas hubunganku dengan mereka. Bisa juga sebagai bahan introspeksi diriku, mulai dari kata-kata hingga perlakuanku terhadap mereka. Banyak yang membuat mereka tersenyum atau membuat mereka mengerutkan dahi.

*****

Begitu kompleksnya masalah-masalah yang muncul dalam proses itu. Namun dari situlah aku tahu mana yang mampu mengerti dan memahamiku, meski kadang aku belum bisa mampu tuk mengerti dan memahami mereka (maaf). Itulah sebagai bukti kekurangan dan kelemahanku yang menjadi alasan mengapa aku butuh seorang yang tidak saja sebagai teman, namun lebih dari sebagai teman yaitu sebagai sahabat dalam pengiring kaki ini melangkah.

*****

Aku tidak merisaukan jika ada satu dua yang hadir mengaku teman/sahabat saat membutuhkanku tapi tanpa ampun segera membuangku bagai sampah tak berarti sesudahnya. Sama sekali tidak membuatku goyah, karena aku masih mempunyai sahabat-sahabat setia dalam suka dan duka yang jauh lebih banyak dari pada teman-temanku yang seperti itu. Hahaha, kadang ada yang berpikir skeptis padaku kalau aku ini mudah sekali dimanfaatkan. Tak mengapa, memberikan yang terbaik semampu tenagaku kepada sahabat itulah sejatinya nilai sebuah persahabatan buatku.

*****

Maafkan, jika aku terkesan menggurui kalian di saat kita sedang saling berbagi rasa dan berbagi pengalaman. Tak ada maksud untuk itu. Suka tidak suka, sahabat yang benar-benar sejati akan mampu memahami itu. Aku juga tidak menuntut semua teman bisa menjadi sahabat. Karena itu tidak mungkin, karena hanya waktu dan keadaanlah yang bisa mempertemukanku dengan sahabat-sahabat itu.

*****

Jika kata orang bijak, tidak perlu menjadi seorang yang sempurna tuk mencintai secara sempurna. Aku bisa mengambil kesimpulan dari itu, tidak perlu menjadi seorang yang sempurna untuk menjadi sahabat yang sempurna. Menurutku justru karena ketidaksempurnaan masing-masing individu yang bisa membuat sempurna apa itu yang dinamakan sahabat sejati.

*****

Bagai cinta pertama, begitu pula sahabat sejati akan slalu ada dalam hati walaupun terpisah oleh jarak dan waktu. Aku yakin itu, sahabat sejati tidak akan mudah putus tali persahabata itu walau berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Hanya hati yang bisa menembus ruang dan waktu itu. Mereka bisa hadir dalam mimpi kita, angan kita bahkan langkah kita walau secara fisik tidak tampak. Ikatan batiniah lebih kekal dari pada ikatan lahiriah.

*****

Berlebihankah jikalau aku bercerita tentang sahabatku demikian itu??
Salahkah jikalau aku menggambarkan sahabatku demikian itu??

Diorama Kelam


Malam itu beda dengan malam-malam biasanya. Awan hitam bergulung-gulung lebat menutup gemerlap bintang yang bertaburan di angkasa dan senyum sang rembulan. "Ah, hujan akan segera turun malam ini", pikirku. Dan benar saja, air pun mulai turun membasahi kegersangan tanah yang sedari siang tadi di sinari oleh sang mentari. Sejenak terdiam, terhenyak ketika suara guntur bergemuruh dari atas sana berhiaskan kerlipan kilat-kilat yang bersahut-sahutan.

*****

Hujan datang, berharap air juga menyirami kegersangan hati dan pikiran hari itu. Rintik-rintik air yang berkilauan karena sentuhan cahaya lampu penerangan jalan pun membawaku ke alam yang "seharusnya" aku tinggalkan, aku lupakan dan aku buang. Tapi hati berkata lain, dia menyuruhku tuk menyusuri kembali jejak-jejak kaki ini kulangkahkan.

*****

Satu persatu kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang membawaku sampai di sini pun mulai terlihat jelas di mata. Bagai diajak kembali tuk merasakan apa yang kurasakan saat itu.

*****

Diorama-diorama kepahitan yang dominan mewarnai napak tilasku tadi. Sampai saat kutemui sesosok wanita paruh baya yang begitu tegar menghadapi tidak saja himpitan-himpitan hidup, namun tetap kokoh ketika dihantam badai kehidupan yang serasa tak berkesudahan. Air mata ini pun sudah sampai ujung pelupuk mata, bahkan tak kuasa lagi aku tuk menahannya. Malam itu pun hujan serasa bertambah deras karena air mataku berjatuhan tak tertahan lagi.

*****

Kulanjutkan langkah kaki ini melewati wanita paruh baya tadi, tp bukan untuk meninggalkannya. Kutelusuri sebab musabab wanita tadi menangis. Sampailah pada suatu tempat di mana aku tidak bisa lagi menahan amarahku ketika kutemukan pemilik tangan yang menancapkan pisau belati ke wanita tadi dari belakang hingga menyayat-nyayatnya.

*****

Hatiku bergejolak, perasaanku terkoyak dan otakku pun jadi tumpul serta amarahku tak terkendali lagi, sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali mencabut pisau dari wanita itu dan kemudian berusaha menancapkan ke arah pemilik tangan tadi, atau bahkan akan kusayat-sayat lebih dari apa yang telah dia lakukan terhadap wanita itu.

*****

Namun kali ini gelegar guntur seolah mengejutkanku, tp yang lebih mengejutkanku adalah ketika sebuah tangan halus menarik lenganku sembari berbisik lembut agar aku mengurungkan niatku tadi. Langkahku pun terhenti dan pelan-pelan kutolehkan kepala kebelakang, serentak mataku terbelalak ketika kulihat sesosok wanita yang telah berlumuran darah, yang tak lain adalah wanita tadi yang telah menghalangiku tuk membalaskan sakit dan tangisannya.

*****

Sejenak terdiam tak bergerak dan tak berkata-kata ketika kembali wanita itu menggandengku dengan mesra untuk mengajakku meninggalkan orang tadi. Katanya : "Sudahlah, biar Tuhan yang membalasnya"!!

Aku tahu persis apa maksudnya. Tidak ada pilihan lain kecuali menuruti ajakan wanita itu. Aku tidak ingin menambah luka di hatinya hanya karena aku terlalu menuruti bara api dendam yang tlah hidup di hatiku. Dari wanita tadi aku belajar apa yang dinamakan kesabaran. Benar memang benar, "BIAR TUHAN YANG MEMBALASNYA, TUHAN MAHA ADIL". Pikirku, biarlah balasan ditimpakan TUHAN kepada dirinya atau keluarganya. Karena aku merasakan apa yang dirasakan oleh wanita itu. Bagai luka yang disiram air garam. Perih.........

*****

Dan tak terasa wanita tadi mengantarkanku kembali ke tempat aku melihat hujan malam itu. Hujan tlah reda namun air mataku belum kering seperti keringnya tanah yang disinari matahari tadi siang. Aku tak terlalu menghiraukan diriku, pandanganku masih tertuju pada wanita tadi. Meski senyum tlah mulai mengembang di bibirnya namun masih terlihat luka yang belum sembuh di hatinya.

Selasa, 08 Juni 2010

Belajar dari Seorang Tukul Arwana


"Bug…!, bug…bug! Tiba-tiba penjaga pintu (kondektur) Busway itu dipukul di wajahnya beberapa kali oleh seorang pemuda yang agak kekar dan pendek. Si kondektur hanya sempat bertahan dan tidak sempat menyerang balik karena tidak menduga akan mendapat serangan mendadak. Beberapa penumpang lain juga agak kaget dan tidak sadar apa yang sedang terjadi. Dalam hitungan detik, pemukul tsb sudah meloncat keluar lalu lari menyeberangi jalan masuk ke gang agak kecil. Beberapa orang segera berteriak dan mengejar tapi kehilangan jejak karena hari sudah gelap.

Balik ke Busway, kondektur tersebut sedang memegang wajahnya yang lecet dan sedikit berdarah. Setelah mengobrol sedikit, ternyata pemukul tersebut agak ngotot karena disuruh bergeser ke dalam oleh si kondektur supaya penumpang yang baru naik bisa mendapat tempat. Biasanya jika busway penuh, penumpang yang berdiri lebih suka menumpuk di dekat pintu supaya mudah keluar. Mungkin pemuda itu tersinggung atau mungkin juga caranya menyuruh si kondektur yang membuat naik darah. Apapun alasannya, kemungkinan besar ada pihak yang tersinggung harga dirinya.

Sesekali kita menjumpai seorang ibu yang marah-marah di depan kasir supermarket karena merasa tersinggung harga dirinya. Di tempat lain sahabat karib bisa bertengkar dengan pemicunya hanya karena dimulai dari bercanda yang kebablasan.Di rumah biasanya pertengkaran bisa muncul antar anggota keluarga akibat kurangnya komunikasi atau karena saling mencampuri urusan masing-masing.
Jika kita melihat di jalanan, orang-orang yang bertengkar dapat dijumpai setiap hari dan tidak jarang melibatkan perkelahian fisik. Perkelahian antara pengemudi kendaraan, penumpang, calo, preman dan mungkin petugas. Penyebabnya bermacam-macam mulai dari hal sepele hingga kriminal seperti salib menyalib, senggolan sampai pemerasan atau penodongan.

Suka atau tidak, adegan kekerasan dan luapan emosi telah mewarnai kehidupan kita sehari-hari terutama di kota-kota besar yang siklusnya berputar seperti mesin, semakin jauh dari manusiawi. Setiap orang berlomba mencapai tujuannya masing-masing, termasuk sebagian orang yang menghalalkan segala cara dan siap menghantam semua yang
menghalanginya. Entah disadari atau tidak, ego tampil paling depan tanpa malu-malu. Lalu harga diri ditempatkan terlalu tinggi dan tidak proporsional sehingga rentan terjadi gesekan dengan pihak lain. Singkatnya orang-orang di kota besar menjadi lebih cepat tersinggung karena merasa harga dirinya tersentuh atau direndahkan.

Lalu apa hubungannya dengan Tukul? Sekarang ini hampir setiap hari Tukul muncul menghibur pemirsa di TV. Sebenarnya selain menghibur Ia juga mempertunjukkan hal yang positif. Yang membedakan acaranya dibanding yang lain adalah Tukul mau mengolok-olok dan menertawakan diri sendiri. Sementara entertainer lain lebih banyak mengolok-olok rekannya ataupun orang lain. Tanpa malu-malu Tukul menyebut dirinya sebagai orang desa yang katro dan norak. Ia bahkan menyediakan dirinya ditelanjangi sebagai bahan ledekan untuk pemirsanya. Apakah lantas seorang Tukul lantas menjadi tidak bernilai atau tidak punya harga diri? Tentu tidak, jika diukur dari materi, konon seorang Tukul sudah bernilai lebih dari 18 milyar sekarang ini. Otomatis popularitas serta gayanya juga telah membawa kharisma tersendiri dan siapapun layak angkat topi untuk kesuksesannya.

Dengan ikut larut menertawakan Tukul, saya jadi bercermin dan bertanya ke dalam
diri sendiri:
"Apakah saya tidak lebih norak, ndeso atau katro dari Tukul?"
Maka, saya mau belajar dari seorang Tukul Arwana!



Sumber / Penulis : Herman Kwok - Director of Semut Api Colony

I.B.U


Ibu...............
Tiada pernah aku menyesal terlahir dari rahimmu.
Tiada pernah aku menyesal berada di tengah2 mu.
Tiada pernah aku mengeluh telah menjadi anakmu.


* * *

Ibu.................
Aku sangat bersyukur terlahir dari rahim seorang yang suci seperti dirimu.
Aku pun sangat bangga menjadi buah hatimu.
Aku juga sangat bahagia bisa mengisi hari-harimu.

* * *

Ibu................
Betapa berat perjuanganmu bagiku, hingga aku ada di dunia ini.
Beribu peluh engkau nikmati tanpa sedikitpun pernah mengeluh.
Dan anugerah terindah yang pernah aku dapatkan adalah menjadi anakmu.

* * *

Ibu...............
Tangisku menjadi deritamu.
Rengekkanku menjadi senyummu.
Nakalku pun menjadi tawamu
dan Manjaku menjadi bahagiamu.

* * *

Ibu..................
Engkau bagai embun penyejuk di dalam kehausan jiwa ini.
Engkau laksana bintang yang selalu menerangi hati ini.
Engkau bak gemericik air yang selalu menemani kesepian ini.

* * *

Ibu...................
Engkau pun serasa menjelma menjadi pelangi yang membuat warna-warni hidup ini.
Laksana melodi nan merdu engkau dendangkan tuk mengisi kekosongan batin ini.
Engkau pun bagai semilir angin yang slalu menyejukkan pikiran ini.

* * *

Ibu.................
Kasih sayangmu sepanjang jalan.
Kesabaranmu seluas samudra.
Yang semuanya akan selalu mengalir seperti air yang hanya akan bermuara di samudra kebahagiaan.



*Ibuku pun sudah membacanya :)

Jika Ingin, maka............


Hanya bait-bait tak berarti yg ditulis ditengah rintik-rintik hujan yg jatuh dr langit sore ini. Tentang rangkaian kejadian-kejadian yg terjadi sepanjang hari ini. Penuh dengan emosi yg memaksa tuk tersenyum di tengah kepahitan hari ini.

****

Hanya mencoba tuk sedikit memahami setiap langkah kaki yg ku pijakkan hari ini. Tidak ada yg istimewa namun begitu mengesankan. Pun tidak ada yg berharga namun begitu sangat berarti.

****

Tidak banyak yg ingin ku sampaikan tuk menyibak misteri kepala sedikit manusia yg ku temui hari ini. Setiap kepala tlah diciptakan sedemikian rupa, sehingga isi nya pun berbeda-beda pula. Semua tak sama, tak akan pernah sama!! Jangan pernah samakan orang lain dgn diri kita ataupun menyamakan diri kita dgn orang lain. Jangan pernah paksakan diri kita tuk jadi orang lain ataupun memaksa orang lain menjadi diri kita. Yg bisa kita lakukan adalah memahami diri kita sehingga dengan begitu kita akan mampu memahami orang lain.

****

Jika ingin dipahami, maka pahamilah orang lain............

Jika ingin disayangi, maka sayangilah orang lain...........

Jika ingin dicintai, maka cintailah orang lain...........

Jika ingin dimengerti, maka mengertilah orang lain............

Jika ingin dihormati, maka hormatilah orang lain............

Jika ingin ditolong, maka tolonglah orang lain...........

Jika ingin disukai, maka sukailah orang lain............

Jika ingin dipikirkan, maka pikirkanlah orang lain...........

Masih banyak lagi hal2 yg mesti kita lakukan agar orang lain melakukan hal yg sama untuk kita.

****

Sebagai bahan renungan saja tuk diri ini yg sering terlalu bodoh memaksakan diri tuk menjadi orang lain atau pun memaksa orang lain tuk menjadi seperti apa yg aku pikirkan dengan cara pembenaran semua sikap-sikapku, bukan atas dasar kebenaran yg sesungguhnya.


Meski kadang orang lain memaksa kita tuk menjadi seperti yg mereka pikirkan, tp ini semua kembali kepada diri kita masing-masing bagaimana menyikapi setiap jalan terjal yg menghadang setiap langkah kita ataupun duri2 tajam yg menusuk telapak kaki kita.

****

Sebaik-baik manusia adalah manusia yg berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Semoga bisa.............

Selasa, 27 April 2010

( tak ) Sempurna...............


Kala senja menjelang, kulihat samar2 bayangan gelap mulai mewarnai langitku hari ini. Tak sepatah kata terucap untuk menyambut datangnya malam. Hanya semilir angin dingin yang menyelimutiku dalam keheningan akan senja ini.

Jauh di seberang titian angan melintas akan sesosok manusia yang memiliki kekurangan, namun dengan segala kekurangan tersebut orang itu mampu melewati hari-harinya dengan berhiaskan senyum kebahagian. Walaupun wajar jika sesekali tangis duka kesedihan mewarnai sebagian dari hari-harinya itu.

Tergambar jelas walau pandangan mata ini terbatas oleh cakrawala yang membentang di depan, bagaimana orang itu menghadapi segala aral yang menghadang di hadapannya. Sosok itu terlihat sama rupa dengan diriku, seorang manusia dengan segala "atribut"nya sebagai manusia. Dalam hati kubertanya, "apa yang menyebabkan orang itu begitu tangguh akan godaan-godaan yang menghadang bahkan kadang menjegalnya?", butuh dua tiga putaran matahari untuk bisa menjawab teka-teki yang berjejal di otakku ini.

Beribu-ribu cara ku tempuh tuk membuka rahasia yang tersimpan di dalam diri orang itu. Akhirnya segala kegalauan yang menyelimuti pikiran ini pelan namun pasti mulai menghilang. Ketika sesosok itu mulai mendekat, mendekat bahkan sangat dekat hingga berada di depanku, aku bagai dibangunkan dari sebuah tidur yang lelap. Terkejut hingga akhirnya terdiam.

Tak kusangka sama sekali jika sosok manusia itu sekarang tergambar jelas dan nyata, bukan hanya terlukis dalam alam khayal pikiran yang pandai mengada-ada. Sesosok manusia yang (tak) sempurna dengan kaki yang terikat, tangan yang terborgol, mata yang buta, telinga yang tuli, mulut yang bisu, pikiran yang tertutup namun yang tampak hanyalah hatinya yang bersinar dan bercahaya bagai matahari. Jelas sekaligus menyilaukan.

*Kakinya terikat kuat apabila akan melangkah ke dalam kemaksiatan, terlepas jika akan melangkah ke tempat-tempat yang menawarkan ladang ilmu dan pahala bagi dirinya.

*Tangannya terborgol rapi jika akan di gunakan untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya. Dan akan terlepas jika dipergunakan untuk membantu mengangkat beban yang menghimpit orang lain. Atau pun dengan sendirinya akan terulur tangan itu kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan.

*Matanya buta terhadap hal-hal yg bathil. Matanya buta terhadap silau nikmat keduniaan dengan segala godaan-godaannya. Tapi matanya selalu jeli terhadap sesuatu yang baik, sehingga matanya tidak pernah tertipu dari segala "keindahan" yang semu itu.

*Telinganya juga tuli terhadap segala bisik, bujuk rayu bahkan teriakan-teriakan setan yang mengajaknya untuk mengikuti jejak maupun jalan setan. Namun telinganya hanya bisa untuk mendengar dengan baik alunan nada merdu suara para malaikat yang mengajaknya agar selalu di jalan yang lurus.

*Mulutnya pun bisu untuk segala ucapan-ucapan cacian makian ataupun ucapan yang menyakiti orang lain dan bahkan menjatuhkan orang lain dengan segala ucapan yang berbau fitnah. Namun mulutnya selalu terbuka untuk mengucapkan sesuatu hal yang menyejukkan hati orang lain dengan ucapan-ucapan yang menghibur bagi mereka yang sedih dan yang ditimpa duka. Mulutnya juga lebih pintar bersyukur dari pada mengeluh itu yang paling utama.

*Pikirannya juga tumpul jika dipergunakan untuk memikirkan cara menjatuhkan orang lain, tumpul jika memikirkan dalam mencari "jalan pintas" untuk segala sesuatu, tumpul jika memikirkan hal-hal yang mengakibatkan khayalan-khayalan liar berhiaskan nafsu yang mendorongnya pada perbuatan hina. Sehingga pikirannya selalu "bersih" karena tidak membiarkan setitik noda pun masuk ke dalam pikirannya. Pikiran pun jadi tajam terhadap sesuatu yang "wajib" tuk dipikirkan.

Jadi wajar adanya jika yang terlihat olehku saat itu hanyalah hati yang memancarkan sinar ketulusan, kasih sayang, kesabaran, serta kebahagiaan walaupun dia hidup dalam gelap dunia yang terus menerus mencoba "mencuri" sinar hatinya untuk menerangi dunia itu.

Ah, sungguh manusia yang (tak) sempurna. Hanya harapan dan do'a kepada Yang Maha Kuasa untuk menurunkan sedikit hanya sedikit kuasanya padaku agar aku bisa seperti orang itu. Amin!!

Tanpa kusadari sosok itu kembali menjauh menyusuri lorong-lorong gelap yang tak bertuan itu. Aku yakin jikalau dia dengan sinar hatinya itu akan terus mencari orang-orang yang terus dilanda kegelapan seperti diriku ini. Bagai ditelan kegelapan sosok itu pun mulai hilang, menjauh dan menjauh hanya sinar hatinya yang selalu memancar kepadaku agar jiwa ini selalu termotivasi tuk menjadi manusia yang (tak) sempurna!!

Rabu, 14 April 2010

Dalam Heningku...........


Sayup-sayup terdengar suara burung bernyanyi. Begitu merdu hingga menerobos relung hati. Mataharipun bersembunyi di balik putihnya awan yang bergulung-gulung tak tentu tujuan pasti. Hingga semilir angin sepoi-sepoi mengajakku sejenak meninggalkan segala kebisingan dan kepenatan riuhnya dunia ini.

Tak tampak olehku segala sesuatu yang terhampar di depan sana. Seolah kabur, luntur tak teratur bertabur segala misteri yang berbatas oleh cakrawala penglihatanku sebagai manusia. Dalam sepiku kubertanya, apakah sanggup ku terus mengejar dan menggapai misteri itu?! Hah......dasar manusia cengeng yang terus merengek-rengek mengeluhkan segala beban yang menghimpit badan. (dalam bisikku)

Setelah melalui beberapa jalan kehidupan, akhirnya sampailah di titik ini. Satu tahap dan pencapaian yang tentunya hanya diri ini yang bisa mengukurnya. Tentu saja, berbeda dengan pencapaian yang telah di capai orang-orang di sekelilingku.

Memang mulut ini lebih pintar dari pada kaki dan tubuh. Mulut lebih mudah berbicara tentang segala sesuatu yang 'ideal' dilakukan dalam perjalanan ini. Namun, kaki ini begitu berat menuruti kata-kata yang terucap oleh mulut. Bahkan tubuh pun seolah lebih suka berbaring di tempat tidur dari pada berkeringat menantang panasnya matahari.

Memang hidup penuh liku-liku, dan pada diri kita telah diberikan pemukul dan pemahat untuk mengukirnya dan menjadikannya sesuai dengan segala yang dikehendaki-Nya. Namun diri ini lebih suka menyalahkan keadaan atas segala kesalahan, kegagalan ataupun hasil dari pahatan dan ukiran itu. Sehingga pahatan dan ukiran itu tidak sesuai yang di rencanakan.

Aku keliru pada setiap kali nafas yang aku hela, bukan untuk dinikmati tanpa sebab musabab. Aku turut terkeliru bilamana kenikmatan lahir batin yang Engkau tiupkan ke dalam ulu hatiku kadangkala bibitkan ketakutan yang menggigil di sanubariku.

Alam ini kurasa sangat sempit, biarpun luas ketika aku berada di lautan, segala fatamorgana tidak terlepas dari pandangan namun aku masih terhimpit dan sakit menahan sempit. Atasku langit yang putih membiru, cantik dan menawan, ingin rasanya ku gigit seperti gula kapas. Bawahku lantai bumi yang penuh debu, kotor dan hitam sedang di jauh dalam sana terhuni oleh segala binatang serangga berbisa dan tidak bertulang.

Masa berjalan terus tanpa belas kasihan. Tanpa menoleh kebelakang, yang muda semakin tua dan yang tua semakin dekat dengan kubur. Haruskah mengejar segala bentuk keindahan dunia yang begitu lantang mereka teriakkan itu, yang mampu menghakimiku seolah aku ini manusia tak becus dalam berusaha.

Ah, apapun yang mereka ucapkan, biarkan saja!! Bertahan sendiri dengan satu pilihan!! Sebuah kenangan sejarah kehidupan yang bakal dibawa pulang untuk perhitungan di hari pembalasan.

Minggu, 11 April 2010

Tolong, ajarilah aku bagaimana cara untuk bersyukur!!!


"Mengapa slalu saja ku tak pernah puas dengan yang kulakukan, yang kupikirkan??"
"Berdiri kubercermin kumencaci dan memaki bayanganku sendiri" (CJ-Sempurna)



Sedikit putus asa mencari cara agar lisan ini slalu bersyukur terhadap apa yang telah didapat, dicapai dan diraih maupun digenggam. Aku tidak tahu dengan pasti bagaimana mensyukuri nikmat yg ada padaku, karena bersyukur itu pun merupakan nikmat yang sangat luar biasa.



Tidak terhitung lagi berapa ribu bahkan berapa juta lagi kata-kata ini yang berisi tentang keluhan-keluhan ataupun ketidakpuasan terhadap apa yang ada!!
"Mohon maafkan aku, yg kulakukan hanya mengeluh! Hanya itu yang kubisa, itu yang terasa untuk sesaat ini" (CJ-P.U.T)



Serasa tlah dibutakan mata hati ini. Hingga tidak bisa tanggap maupun peka terhadap apa yang ada disekitarku. Sesungguhnya banyak sekali petunjuk yg mengarahkanku untuk bisa melakukan apa itu yang dinamakan "bersyukur".



Saat aku mengeluh tentang diriku, saat itu juga Tuhan menunjukkan bahwa aku lebih beruntung dari seseorang. Saat aku mengeluh mengapa situasi dan kondisi ini begitu berat, saat itu juga Tuhan membelalakkan mataku dengan menunjukkan seseorang yang (maaf) cacat tubuhnya mampu melewati semua itu dengan senyum yang menghias dibibirnya. Sedangkan aku yang Engkau karunia berupa kelengkapan tubuh yg ada padaku, hanya mampu mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Bahkan mencela situasi itu. Ampuni aku, Ya Tuhan.......!! Begitu piciknya hamba-Mu ini melihat semua yang ada.



Engkaupun telah berfirman dalam kitab-Mu. Engkau akan menambah nikmat kepada orang-orang yang pandai bersyukur sedangkan terhadap mereka yang tidak pandai bersyukur, azab-Mu sangat pedih. Ampuni aku, aku tidak ingin masuk golongan mereka!! Tolonglah, tunjukkan bagaimana cara bersyukur pada-Mu!!



Ajarilah aku bagaimana cara bersyukur itu!! Dengan apa lisan ini mengucap syukur jika kata-kata keluhan lebih dominan dari pada kata-kata do'a?! Tubuh ini harus melakukan apa, jika aku hanya bisa melakukan apa yang Engkau larang hingga aku lupa terhadap apa yg Engkau perintahkan??



Mungkin aku adalah hamba-Mu yg paling bodoh di muka bumi ini. Mungkin aku adalah hamba-Mu yg paling buta terhadap petunjuk-Mu. Mungkin aku adalah hamba-Mu yg cuma fokus melihat kekurangan diri, sehingga mataku ini buta terhadap kelebihan yg telah Engkau anugrahkan padaku. Terlalu banyak mengeluh, bodohnya diriku!!



Tolong ajari aku bagaimana bersyukur kepada-Mu. Aku tidak pernah meragukan-Mu!! Rintihan hati ini lurus, tulus dan ikhlas mohon kepada-Mu.Semoga Engkau mengabulkan!! Amin

Sabtu, 03 April 2010

Perbincanganku dengan Diriku


Malam itu tak seperti malam biasanya. Awan bergulung-gulung, angin berhembus dengan kencangnya, jeritan binatang2 malam pun bersahut-sahutan seolah ingin turut meramaikan kesepianku. Kutermenung terjebak dalam lamunan yang tak berujung. Renungan yang membawaku pada kemungkinan "diriku" meninggalkan aku. Diriku yang slalu ada buatku dalam duka lara nestapa ataupun bahagia. Aku yang tak sanggup hidup sendiri tanpa diriku. Bagiku, aku adalah diriku, dan diriku adalah aku. Hingga hadir "diriku" dengan tiba2 mengajakku berbincang.

****

(+) Diriku : ada apa gerangan hingga kamu termenung seperti itu?!

(-) Aku : terus terang, entah mengapa aku takut kehilanganmu!

(+) Diriku : kenapa, apa yang kamu pikirkan itu? Bukankah aku slalu ada buat kamu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu, itu janjiku!

(-) Aku : lihatlah aku!! Tidakkah engkau malu pada orang2 akan keadaanku ini. Mengapa kamu pilih aku, tidakkah di luar sana masih banyak yang lebih sempurna dari aku??

(+) Diriku : aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan itu!

(-) Aku : lihatlah baik2!!
Aku terlihat tua dari umurku.
Rambutku pun memerah kusut tak terurus.
Mukaku kusam karena keringat mengering yang tak sempat kubasuh air.
Kulitku juga hitam legam.
Telapak tanganku pun kasar bagai amplas.
Kakiku juga pecah2.
Tubuhku kekar berotot tak karuan.
Bahkan pikiranku tak mampu lagi berpikir dengan baik seperti mereka yang terlihat pintar.
Apa yang kamu banggakan dariku?!

(+) Diriku : kamu sungguh ingin tahu?!

(-) Aku : iya!! Cepat katakan kepadaku!!

(+) Diriku : baik akan kukatakan padamu.
Kamu terlihat tua dari umurmu karena kamu lebih dewasa dari orang2 seumuranmu. Disaat mereka memikirkan kepentingannya sendiri disaat yang sama kamu sudah bisa memikirkan kepentingan keluargamu bahkan orang lain. Maka dari itu rambutmu memerah dan pikiranmu tak bisa lagi berpikir dengan baik, karena yang ada dalam pikiranmu memikirkan cara agar bisa berguna bagi keluargamu dan orang lain. Dan kamu juga tidak pernah berpikir untuk menjatuhkan orang lain dengan kepintaranmu itu. Tapi lihatlah mereka, mengurus dirinya saja tidak bisa apalagi mengurus orang lain. Yang ada dalam pikiran mereka menghalalkan cara untuk mendapatkan keinginannya tanpa mempedulikan orang lain.
Aku tidak masalah dengan kondisimu saat ini. Semua bukan tanpa sebab!! Bagiku mukamu terlihat lebih memancarkan ketulusan meski kusam.
Kulitmu hitam legam karena terbakar oleh panasnya bara semangatmu.
Kasarnya tanganmu itu karena banyaknya pekerjaan yang kamu sentuh.
Kakimu pecah karena luasnya lahan yang kamu injak demi hidupmu dan orang lain.
Dan kekarnya tubuhmu karena timpaan beban hidupmu yang berat, bagiku tubuhmu lebih bagus dari pada tubuh mereka yang bagus karena keluar masuk gym.
Jadi apa alasanku untuk meninggalkanmu dan beralih kepada mereka yang lebih sempurna katamu,, yang mukanya halus karena tak berani menantang matahari dan memilih diam di rumah? Mereka yang tangannya mulus karena tak pernah menyentuh pekerjaan? Mereka yang kakinya utuh karena tak berani melangkah ke medan perang? Mereka yang tubuhnya berotot tapi hanya kuat mengangkat beban hidupnya sendiri? Dan mereka yang hanya bisa memikirkan kesenangannya sendiri bahkan kadang mengorbankan orang tuanya, saudaranya dan orang lain??
Aku lebih bangga berada di sini untuk kamu!!

(-) Aku : jadi itu alasannya?

(+) Diriku : ya, itu alasannya?

(-) Aku : tapi apa kamu tidak malu jika orang-orang mencelamu, mencacimu atau bahkan mengucilkanmu dari pergaulan mereka? Karena pasti setiap orang yang melihatmu pasti berpikir kamu adalah aku!

(+) Diriku : tidak sama sekali!!! Bahkan sebelum mereka mengucilkanku karena mereka tidak suka denganmu, aku duluan yang akan pergi dari mereka!!

(-) Aku : aku harap kamu sedang tidak menghiburku!!

****

Tak terasa perbincanganku dengan "diriku" berakhir karena tiba2 "diriku" pun pergi dari renunganku seiring lantang suara kokok ayam jago. Langitpun mulai kemerahan. Teriakan binatang malam berganti dengan raungan motor yang mulai lalu lalang saat itu. Hari yang baru kusambut tanpa takut kehilangan "diriku". Amin!!

Kamis, 01 April 2010

( Siapa ) AKU ???


AKU, cm kata untuk menggantikan orang pertama tunggal.

AKU, biasa juga disebut saya ataupun gue.

AKU, tak banyak dari kita yang merasa jadi AKU mengenal siapa AKU sebenarnya.

AKU, bukanlah siapa-siapa karena AKU bukan kamu, dia atau mereka.

AKU, pun bisa menjadi siapa saja yang AKU inginkan.

^^

AKU, adalah seperti yang AKU pikirkan atau kalian ungkapkan.

AKU, adalah seperti yang AKU rasakan atau kalian bicarakan.

AKU, adalah seperti yang kalian lihat sekarang.

AKU, pun kadang tidaklah seperti yang AKU rasa, AKU pikir ataupun kalian ungkap dan bicarakan.

^^

AKU, bisa menjadi apapun yang AKU inginkan.

AKU, bisa lakukan apapun yang AKU mau.

AKU, bisa dapatkan apapun yang AKU inginkan.

AKU, pun bisa saja tidak menjadi apa-apa dan tidak memperoleh apapun itu.

^^

Apapun AKU, siapapun AKU dan bagaimanapun AKU!! AKU telah berada di sini, di tengah-tengah kalian yang sering menyebut diri kalian dengan AKU.

AKU tidak peduli akan siapa AKU sebenarnya!! AKU cuma berusaha sebaik mungkin untuk jadi AKU yang sebenarnya.

AKU dengan segala ke- AKU -anku. AKU dengan apa adanya AKU. AKU dengan apa yang telah ada padaku.

AKU cuma melakukan apa yang terbaik yang AKU bisa. Meski kadang hasilnya tidak seperti yang AKU harapkan.

^^

Tidaklah terlalu penting tuk AKU jawab, siapa AKU?? Karena AKU yang paling kenal dengan AKU. Karena AKU yang paling tau AKU. Dan AKU yang paling mengerti tentang AKU.

Yang terpenting AKU tahu dengan pasti : dari mana AKU berasal!! Untuk apa AKU berada di sini!! Untuk apa AKU hidup!! Dan ke mana AKU nantinya jika AKU mati!!

^^

I'm what I'm, and I do what I do
I'm what I'm, eventhought I don't no who I'am

^^

Siapa aku??? Jawablah siapapun yang merasa mengenalku!!!!!!!!!


*Aku yang masih mencari sejatinya aku

denganmu aku bisa jadi diriku


Masihkah ada seseorang seperti kamu di luar sana?
Masihkah tersisa seseorang seperti kamu di dunia ini?
Seorang yang mampu mencintai dengan sempurna seseorang yg tidak sempurna.
Seorang yang mampu menerima segala kesederhanaan seseorang.
Seorang yang mau menerima segala kekurangan seseorang.


****


Aku kira tak ada lagi seorang sepertimu yg msh tersisa.
Aku pun menduga jika seorang sepertimu telah musnah ditelan jaman.
Aku pikir tak kan ada lagi yg mau menerima segala ketidaksempurnaan, kesederhanaan dan kekurangan dari seseorang.


****


Hingga waktu mempertemukan denganmu.
Kusadari masih ada di sini seseorang seperti itu.
Seseorang yang mampu dan mau menerima segala ketidaksempurnaan, kesederhanaan maupun kekurangan itu.
Seseorang yang sudi tetap bersama dalam suka maupun duka.
Terlalu banyak sudah seseorang yang datang dalam suka, tapi segera berlari meninggalkan jika duka menghadang.


*****


Denganmu, aku bisa jadi diriku.
Meski kadang aku menuntut kamu tuk jadi orang lain.
Aku sadar jika engkau satu-satunya orang yang mau membutakan matamu sendiri agar tidak melihat cacat yang ada padaku.
Aku pun sadar jika aku terlalu naif tuk sering membandingkan kamu dengan yang lain.

Maafkan aku...............


*****


Sebegitu besar pengorbanan itu, hingga aku tak tahu bagaimana lagi cara tuk mencintaimu.
Yang kubisa hanyalah menuntutmu agar jadi orang lain bukan dirimu sendiri.

Maafkan aku.................


*****


Denganmu, aku bisa jadi diriku.
Sebisa mungkin ku kan berusaha tuk melakukan apa yang telah kamu lakukan padaku.

Terima kasih karena kamu telah mengajariku tentang apa itu cinta dan mencintai.
Terima kasih karena telah menemukan apa yang selama ini kucari.


Meski, ku akui kamu belum menjadi seperti yang ku harapkan.
Ku akui kamu belum menjadi seperti yang ku impikan.


****


Namun, denganmu aku bisa jadi diriku.
Itulah alasannya................



* untuk seseorang yang semoga jadi calon istriku, amin

Untuk Ibu


Masih belum habis uneg-uneg dalam pikiranku tentang seseorang. Untuk itu aku tidak mempunyai alasan untuk tidak aku ungkapkan melalui sebuah tulisan. Dan, rasanya tidak akan pernah ada kata cukup untuk mengurai lebih jauh tentang seseorang itu. Selama nafas ini belum putus, aku akan terus mencari syurga di bawah telapak kakinya.


*****


Aku tidak mampu tuk menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaan dalam tulisanku tentang manusia yang kucintai dalam hidupku, yaitu Ibuku. Aku sedang tidak menulis tentang seorang pemimpin negara yang mengabdikan dirinya untuk seluruh rakyatnya dengan memajukan dan menyejahterakan tanah airnya. Tapi aku menulis tentang seseorang yang mampu mendidik sekaligus mengurus anak-anaknya. Serta mampu menjadi seorang istri yang baik bagi suamimya. Seorang yang mampu mengabdikan dirinya untuk seluruh anggota keluarganya dengan memajukan dan menyejahterakan keluarganya. Bukankah semua di tentukan dari lingkup yang kecil dulu??



*****


Aku pun tidak mampu untuk tidak bersikap memihak saat menulis tentang dia, karena aku tidak menulis tentang seorang Ratu istana yang begitu memiliki segala kekayaan dan kemewahan. Tapi yang aku tulis adalah perihal seorang yang menjadi Ibu yang menjadikan anak-anaknya sebagai kekayaan dan kemewahan yang tiada ternilai harganya.


*****


Aku juga tidak kuasa untuk tidak memihak, karena aku bukan menulis tentang seorang Raja yang menguasai manusia dengan pedang dan cambuknya serta mempertakuti manusia dengan kekuasaan, pengaruh dan propaganda yang dimilikinya, melainkan aku menulis tentang seorang aku mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan segala kesabaran dan keikhlasan yang tak bertepi. Slalu ada pancaran sinar terang yang bernama kesabaran dan keikhlasan di matanya.


*****


Aku tidak kuasa untuk tidak mengungkapkan perasaanku, karena aku bukan menulis tentang seorang penyair yang ngaco atau seorang orator yang besar mulut atau pembicara tukang membual atau filosof yang kepaung (tanpa arah dan tujuan) atau seorang pendongeng yang pandai berilusi atau seorang penulis yang ahli dalam membuat cerita. Sesungguhnya akumenulis tentang seorang yang slalu menjadi pengiring, penyemangat dan pendorong langkah kaki anak-anaknya dalam menggapai mimpi-mimpi mereka. Sekaligus menjadi penolong saat anak-anaknya terjatuh dalam perjalanan itu.



*****



Beliau yang mengandungku, beliau yang melahirkanku. Saat diriku belum bisa berjalan, beliau yang menggendongku. Saat diriku mulai belajar berjalan, beliau yang memapahku. Dan, di saat aku sudah bisa berjalan, beliau berkata : ”Hati-hati, Nak!! Jalan tak seluruhnya lurus dan rata”. Disaat aku berlari,
beliau berkata : Awas, Nak!! Jangan terlalu kencang berlari, sekali waktu lihatlah ke belakang tapi tetap fokuslah ke depan”. Pun, berkali-kali saat aku terjatuh, beliau selalu berkata : ”Jangan cengeng, Nak!! Ayo lekas bangun, jangan salahkan lubang atau duri yang menjegal langkahmu itu!! Tapi kamu mesti harus lebih berhati-hati lagi dalam melangkah!!"



*****



Apakah anda hendak menahan perasaanku, membelenggu kecenderunganku, dan mengekang degupan jantungku saat aku menulis tentang manusia yang sangat kucintai dan kusayangi dengan sepenuh hati, seorang wanita yang paling kuhormati, dan makhluk yang kumuliakan dengan segenap jiwaku? Sesungguhnya hal itu adalah aneh.


Apakah anda hendak menahan air deraian mataku saat aku menulis penuntun perjalanan hidupku? Apakah anda hendak memadamkan bara kerinduan jiwaku saat aku menulis tentang berita-beritanya dan apakah anda hendak membekukan degupan kecintaan hatiku saat aku menguntai kenangan-kenangannya? Aku sama sekali tidak kuasa melakukannya, meskipun beribu bahkan berjuta upaya telah kulakukan.



*****


Sesungguhnya aku menulis tentang wanita yang paling kucintai, kuhargai, kusayangi. Insan yang mulia, makhluk yang suci. Inspirasiku dalam penulisan ini adalah data cinta yang tersimpan dalam kalbuku, dan sumberku dalam hal ini ada dalam daftar kekaguman yang terukir dalam ingatanku. Aku menulisnya seakan-akan dengan semua syaraf tubuhku dan urat jantungku, dan seakan-akan tinta yang kugunakan adalah darah dan air mataku.



Kutulis bulan desember lalu saat menjelang hari ibu. Dan alhamdulillah, ibuku juga sudah membacanya.

Rabu, 31 Maret 2010

Surat Untuk Sahabatku


Tak tahu harus mulai dari mana tuk mengawali semua ini. Yang ku tahu kita tidak butuh nyanyian merdu pelipur lara bagi kesedihan kita ataupun ocehan penghibur dari siapapun. Karena kita mempunyai sepasang kaki yg kokoh lagi kuat untuk sekedar terjatuh pada lubang jalan yang menghampar di depan kita. Jikalau sesekali kita terpaksa jatuh, itu smua bukan karena lemahnya kaki kita, tetapi karena lubang itu terlalu dalam untuk dapat digapai oleh kaki ini. Dan di sinilah saat kita butuh uluran tangan membantu kaki kita keluar dari lubang itu.


*****


Semua pernah terpeleset lalu terjatuh bahkan sampai terpuruk. Aku, kamu ataupun mereka. Tetapi waktu yang kita butuhkan berbeda-beda untuk segera bangun dari semua itu. Caranya pun berbeda-beda, tapi kita patut percaya bahwa smuanya itu adalah suatu kewajaran yg akan selalu menghadang langkah kaki kita ke depan. Terkadang kita terlalu picik melihat smua itu adalah hal yg tidak adil bagi kita. Namun bukankah itu smua adalah suatu tolak ukur sampai di mana kualitas diri kita yang sebenarnya. Memang sgalanya tidak akan terselesaikan dengan ribuan kata2 bijak dari seorang bijak yang bnyk kita jumpai di sekitar kita. Tetapi paling tidak, kita mampu mencontoh, meneladani lalu mengaplikasikan kebijakan-kebijakan dari orang-orang bijak itu ke dalam kehidupan kita.


*****

Aku tidak sedang menasehatimu dan menjadi sok di hadapanmu atau bahkan ingin menjadi pahlawan buat kamu. Karena aku pun juga sama sepertimu. Aku pernah dan mungkin sedang terjatuh. Bukankah cara yang dibutuhkan untuk bangun dan dapat berjalan kembali dari lubang-lubang itu berbeda-beda caranya? Dan kupikir tidak ada salahnya kita berbagi cara untuk bangun dan bangkit dari lubang itu.

*****

Teringat olehku suatu ilmu dari guruku tentang filosofi air. "Air berasal dari sumber mata air yg tentunya bersih, jernih lagi suci untuk wudlu. Air slalu mengalir dr tmpt yg tinggi ke tmpt yg lbh rendah dalam bentuk parit, selokan maupun sungai2. Air pun dalam 'perjalanannya' tdk lupa memberi manfaat bagi sekitarnya yaitu sebagai sumber kehidupan. Tapi dalam proses perjalanan aliran itu, air juga 'terjatuh' dlm kubangan2 yg kotor. Bercampur dgn kotoran2 manusia, hewan atau bahkan limbah2 sisa produksi pabrik ataupun rumah tangga. Hingga air itu pun terbuang, tersisihkan, terpinggirkan dan tidak suci lagi untuk berwudlu. Tapi air tidak pernah berputus asa tuk terus meneruskan perjalanan walaupun selalu akan jatuh ke kubangan-kubangan yang ada di setiap jengkal alirannya. Bukankah sudah jelas jika tujuan air mengalir adalah laut?! Laut, seperti kita ketahui kalau laut banyak sekali manfaat yg dpt kita peroleh dr laut. Ada garam yang melengkapi masakan ibu kita, ada ikan, cumi, kerang sebagai bahan makanan kita dll. Bahkan air laut pun suci untuk berwudlu. :)

*****

Jadi sudah sepantasnya kita mengalami fase seperti air yg masuk dalam kubangan kotor itu. Tapi semua tergantung kita tuk bisa segera bangun dan bangkit dari kubangan itu. Saat terjatuh dan terpuruk memang sakit rasanya. Jika ingin menangis, menangislah sampai puas! Jika ingin mengeluh, mengeluhlah sampai puas! Tetapi sesudah itu segeralah bangun dan bangkit, mulailah kembli berjalan meski tertatih, tatap ke depan jangan menoleh lagi ke lubang yang telah membuat kita terjatuh. Masih ada keindahan di depan sana yang sayang tuk dilewatkan hanya karena terus meratapi kesedihan dan keterpurukan kita!! SEMANGAT bro!!